Dalam penulisan puisi setiap individu melewati serangkaian kegiatan
kreatif dengan cara dan gaya tersendiri. Ada generalisasi proses kreatif
yang sama dalam menulis puisi yang terdiri atas empat tahap, yaitu
penentuan ide, pengendapan, penulisan, serta editing dan revisi.
1. Pencarian Ide
Bahan pertama dalam menulis puisi adalah ide atau inspirasi, yaitu
sesuatu yang menyentuh rasa atau jiwa yang menbuat sesorang ingin
mengabadikan dan mengekspresikannya dalam puisi. Ide ini berupa
pengalaman yaitu segala kejadin yang ditangkap panca indera kita, yang
kemudian menimbulkan efek-efek rasa, sedih, senang, bahagia, marah, dan
sebagainya, yang kemudaian dituliskan dalam bentuk puisi.
Pencarian
inspirasi itu bersifat aktif-kreatif, bukan pasif seperti yang dipahami
selama ini, yaitu menunggu inspirasi datang. Ide atau inspirasi haruslah
dipanggil, dicari dan diburu dengan cara menyensitifkan panca indera
kita dalam memaknai setiap kejadian dan fenomena yang dijumapai di
sekeliling. Dengan demikian, kepekaan panca indera dan pemahaman diri
yang baik menjadi kunci untuk bisa mendapatkan inspirasi sebagi bahan
penulisan.
Pemahaman diri penting karena setiap individu memiliki
ciri khas dalam memaknai setiap kejadian atau fenomena yang diterima
panca indera. Selain aspek penghayatan pancaindera, ide juga bisa muncul
dari setiap peristiwa yang dialami sendiri yang dianggap istimewa atau
berharga, misalnya kesedihan, percintaan, kerinduan, dan keputusasaan.
Dalam situasi ini, jika kita sedang mengalami kejadian yang menggugah
rasa, sesungguhnya ide atau inspirasi sudah masuk, maka segeralah
dijadikan karya, jangan ditunda momen-momen itu karena bisa hikang
dengan sendirinya.
2. Pengendapan atau Perenungan
Jika ide itu sudah didapat, maka renungkannlah atau endapkanlah, proses
ini disebut pematangan ide. Biasanya proses pengendapan ini lama karena
berkaiatan dengan cara yang akan dilakukan agar ide itu menarik. Dalam
pengembangan ide yang harus direnungkan utamanya adalah kata-kata, yaitu
merenungkan kata-kata yang tepat, diksi, puistik, dan mengandung makna
yang dalam dan kompleks, karena kunci utama puisi adalah pada
konsentrasi kata, sehingga aspek utama merenungkan dan mengembangkan ide
adalah diksi atau kata yang tepat. Diksi itu dapat diperoleh dari
kata-kata yang ada dan berserakan di sekeliling kita, karena kata yang
indah tidak hanya pada pikiran tetapi juga dari hal-hal kecil yang
menarik dan ada di sekeliling kita yang khas dan tidak pernah dipikirkan
orang lain.
Tahap pengendapan ide ini digunakan untuk menemukan
bait kunci atau diksi kunci yang akan dijadikan sebagai pijakan untuk
mengembangkan ide. Proses pengendapan ide umumnya bersifat respon
spontan. Artinya, jika kita mendapatkan ide, maka perasaan dan pikiran
kita langsung berimajinasi ke mana-mana.
3. Penulisan
Jika
proses pengendapan atau perenungan ide sudah matang, maka tahap
selanjutnya adalah penulisan. Tulislah apa yang sudah ingin ditulis
dengan segera tanpa ditunda-tunda, jangan berhenti kalau memang
benar-benar buntu. Prinsip menulisnya adalah ungkapan segala hal yang
sudah ada dalam otak tenatang ide yang sudah didapat dan diendapkan.
Jika masih punya tenaga dan daya, bisa hasil tulisn yang sudah jadi
dibaca ulang dan dibetulkan bahasa dan isinya.
Bagaimanapun menulis
itu membutuhkan tenaga ekstra, sehingga perlu istirahat saat sudah
selesai. Dalam penulisan ini, persoalan yang sering muncul adalah buntu,
mancet, tidak bisa melanjutkan karena idenya buntu. Jika hal itu
terjadi, maka jangan paksakan selesai. Persoalan baik atau tidak puisi
itu tergantung pada proses. Kadang satu ide dalam menulis puisi bisa
menghasilkan lebih dari satu puisi.
4. Editing dan Revisi
Jika
sudah kelar penulisan, disusul dengan editing dan revisi. Editing ini
berkaitan dengan pembetulan pada puisi yang diciptakan pada aspek
bahasa, baik salah ketik, pergantian kata, sampai kalimat, bahkan tata
tulis. Sedangkan revisi berkaitan dengan penggantian isi atau substansi.
Dua hal ini pasti terjadi dalam setiap penciptaan puisi. Hal ini
terjadi karena pada saat menulis sebenarnya dalam keadaan trans, semacam
ketidaksadaran, sehingga hasil puisi sering terjadi anakronistis dari
aspek bahasa maupun isi. Oleh karena itu, editing dan revisi menjadi
syarat mutlak untuk bisa menghasilkan karya puisi yang bagus.
Editing dan revisi merupakan bagian dari keharusan proses menulis yang
selain bertujuan untuk membuat puisi menjadi semakin baik, juga untuk
menunjukkan sikap apresiasi terhadap karya sendiri.
Persoalan yang
sering muncul dalam proses editing dan revisi adalah seringnya berubah
bahasa dan isi dari puisi awal dengan puisi setelah editing dan revisi
karena mendapat tambahan, penghilangan, bahkan penggantian tema. Saat
menulis tuntutannya adalah “jadi karya”, maka menulispun meluncur saja
tidak terkendali. Sedangkan editing dan revisi tuntutannya adalah
"perbaiki”, maka segala hal baik bahasa maupun isi yang dikira tidak
sesuai dan tidak baik harus diperbaiki. Karena prinsip ini, maka dalam
editing dan revisi selalu terjadi perubahan yaitu perubahan menuju ke
arah yang lebih baik.
Proses editing dan revisi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Setelah selesai beristirahat, baca kembali puisi dalam komputer pelan-pelan.
b. Perbaikilah aspek bahasa jika terdapat kesalahan
c. Setelah selesai, cetaklah karya dalam print out.
d. Pindahkan revisian dalam komputer, kemudian cetak karya tersebut
e. Selanjutnya baca kembali, jika masih ada yang salah atau tidak pas,
maka berikan puisi itu pada teman, saudara, atau pakar dibidangnya untuk
membacanya dan mengkritiknya.
No comments:
Post a Comment