Jujur saja, mungkin kita sering kesal karena hasil cake yang Anda buat
tak secantik foto yang diposting teman di blog, atau status Facebook
Anda tak selalu mendapat banyak "like". Tapi, sebenarnya media sosial memiliki banyak manfaat positif bagi kita.
Media
sosial memang telah mengubah cara kita berkomunikasi. Sekarang kita
bisa dengan mudah dan murah berkomunikasi dengan siapa saja: keluarga
yang jauh, teman satu sekolah yang bertahun-tahun tak bertemu, hingga
dengan selebriti idola dan pejabat publik.
Sebuah survei yang
dilakukan pada 1.800 orang mengungkapkan, wanita yang rutin menggunakan
media sosial dan juga teknologi lain untuk terhubung dengan teman dan
keluarganya ternyata lebih jarang stres.
Hasil survei itu seolah
meredupkan anggapan negatif yang selama ini terlanjur melekat dengan
media sosial. Beberapa studi yang lalu memang mengaitkan kebiasaan
memakai media sosial dengan perilaku narsistik, perselingkuhan, hingga
rasa depresi karena kita melihat kehidupan orang lain lebih
menyenangkan.
Lewat berbagai saluran media sosial, kita bukan
hanya mengetahui kabar-kabar bahagia dan humor yang beredar, tapi
terkadang juga kabar tak menyenangkan dari teman. Misalnya saja, ada
teman yang kehilangan anak atau pasangannya, anggota keluarga yang
bercerai, atau mantan teman sekantor yang dipecat dari kantornya.
"Saat
kita mengetahui kemalangan yang sedang dialami teman atau keluarga, hal
itu juga bisa menambahkan stres pada diri kita. Stres memang bisa
menular," kata Keith Hampton, kandidat profesor komunikasi dan peneliti
yang melakukan survei ini.
Media sosial dan teknologi digital
lainnya memang didesain untuk membuat orang dengan cepat mengetahui apa
yang terjadi pada hidup orang lain, bukan hanya kabar yang membahagiakan
tapi juga kesedihan. Itu sebabnya kita juga bisa merasa ikut stres atau
sedih.
"Wanita sebenarnya lebih peka pada situasi yang dihadapi
orang lain, ini membuat mereka lebih rentan mengalami stres yang
menular tadi," kata Hampton.
Teknologi memang bagaikan dua sisi
mata uang. Tinggal bagaimana kita secara bijak menyikapinya dan
memanfaatkan media sosial untuk melakukan gerakan sosial. Salah satu
contohnya adalah gerakan pengumpulan dana untuk membantu bayi yang
sedang menghadapi penyakit langka.
sumber
Kompas.com
Saturday, January 31, 2015
Tertawa itu Positif tetapi itu bagian terapi
Tertawa
Bukan hanya itu, sering mendengarkan humor dan melontarkan lelucon yang mengundang tawa juga mengaktifkan area otak yang penting dalam proses belajar dan kreativitas.
"Tertawa bisa membantu seseorang berpikir lebih luas dan menjalin relasi lebih bebas," kata psikolog Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence.
Oleh karena itu, warnailah hidup ini dengan tawa. Berikut beberapa cara untuk membuat kita lebih banyak tertawa.
- Tertawakan diri sendiri. Berbagi pengalaman yang memalukan dengan teman dekat misalnya.
- Bagikan. Kebanyakan orang akan senang menceritakan sesuatu yang lucu pada orang lain karena itu akan memberi kesempatan pada kita untuk tertawa lagi dan menemukan humor lainnya.
- Bergaul dengan orang yang fun. Ada orang-orang yang mudah tertawa, baik menertawakan dirinya sendiri atau sesuatu yang absurd. Berdekatan dengan orang-orang seperti ini bisa membuat kita tertular selera humor dan mudah tertawa.
- Perhatikan anak-anak. Mereka adalah makhluk yang ahli dalam bermain, melihat hidup secara santai, dan gampang tertawa.
Friday, January 30, 2015
sejarah tselota atau sholat bagi umat kristiani
Salat tujuh waktu
Salat Tujuh Waktu (bahasa Arab: As-Sab’u ash-Shalawat) adalah salah
satu ritual atau tata ibadah Kristen dalam Gereja Ritus Timur, khususnya
di dalam Gereja Ortodoks.
Barangkali agak asing rupanya, jika
orang Kristen berbicara tentang salat. Karena kata Salat atau Sembahyang
itu sendiri jarang disinggung-sentuh oleh orang Kristen. Padahal jauh
sebelum kaum Muslim menggunakan kata ini, orang Kristen Orthodox telah
menggunakan kata “Salat” saat menunaikan ibadah. Kata “Salat” itu
sendiri dalam bahasa Arab, berasal dari kata tselota dalam bahasa Aram
(Suriah) yaitu bahasa yang digunakan oleh Tuhan Yesus Kristus sewaktu
hidup di dunia. Dan bagi umat Kristen Ortodoks Arab yaitu umat Kristen
Ortodoks yang berada di Mesir, Palestina, Yordania, Libanon dan daerah
Timur Tengah lainnya menggunakan kata tselota tadi dalam bentuk bahasa
Arab Salat, sehingga doa “Bapa kami” oleh umat Kristen Ortodoks Arab
disebut sebagai Sholattul Rabbaniyah.
Dengan demikian “Salat” itu
awalnya bukanlah datang dari umat Islam atau meminjam istilah Islam.
Jauh sebelum agama Islam muncul, istilah Salat untuk menunaikan ibadah
telah digunakan oleh umat Kristen Ortodoks Timur, tentu saja dalam
penghayatan yang berbeda. Salat masih dilakukan di gereja-gereja Arab,
kalau di Gereja Katolik namanya Brevir atau De Liturgia Horanum. Hampir
seluruh Gereja-gereja di Timur masih melaksanakan Salat Tujuh Waktu
(As-Sab’u ash-Shalawat). Dalam gereja-gereja Ortodoks jam-jam salat
(Arami: ‘iddana tselota; Arab: sa’atush salat) ini masih dipertahankan
tanpa putus sebagai doa-doa baik kaum imam (klerus) maupun untuk umat
(awam).
Khidmat al-Quddus dan Salat
Dalam teks
'''Peshitta''' (dalam bahasa Aram) untuk Kisah Para Rasul 2:42 berbunyi:
‘Mereka bertekun dalam pengajaran para Rasul dan dalam persekutuan. Dan
mereka selalu menjalankan salat-salat dan merayakan Ekaristi’. Dua
corak ibadah ini merupakan penggenapan dari kedua corak ibadah Yahudi:
Mahzor dan Siddur. Mahzor, ialah perayaan besar yang diselenggarakan 3
kali dalam setahun di kota suci Yerusalem. Kata yang diterjemahkan
"perayaan", dalam bahasa Ibrani: Hag (yang seakar dengan kata Arab: Hajj
). Ketujuh ibadah sakramental, khususnya ‘Qurbana de Qaddisa’
(Ekaristi/Perjamuan Kudus) yang meneruskan ibadah Hag, maupun Salat
tujuh waktu non-sakramental, dapat dilacak asal-usulnya dari Siddur
Yahudi.
Istilah Tselota, Salat dan Shalawat
Kata Arab salat
ternyata berasal dari bahasa Aram Tselota. Contoh kata ini misalnya
terdapat pada Kis 2:42 dalam teks Arami/Syriac : "waminin hu bsyulfana
dshliha wmishtautfin hwo batselota wbaqtsaya deukaristiya" (Mereka
bertekun dalam pengajaran para Rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka
selalu menjalankan salat-salat dan merayakan Ekaristi). Dalam Alkitab
bahasa Arab, kedua ibadah itu disebut: ‘kasril khubzi wa shalawat’
(memecah-mecahkan roti dan melaksanakan salat-salat).
Kata Aram
Tselota merupakan nomen actionis, yang berarti "ruku’ atau perbuatan
membungkukkan badan". Dari bentuk kata Tselota inilah, bahasa Arab
melestarikannya menjadi kata Salat.
Selanjutnya, Mar Ignatius
Ya’qub III menekankan bahwa orang Kristen hanya "melanjutkan adab yang
dilakukan orang-orang Yahudi dan bangsa Timur lainnya ketika memuji
Allah dalam praktek ibadah mereka" (taba’an lamma kana yaf’alahu
al-Yahudi wa ghayrihim fii al-syariq fii atsna’ mumarasatihim al
‘ibadah). Dan perlu dicatat bahwa, "pola ibadah ini telah dilestarikan
pula oleh umat Muslimin" (wa qad iqtabasa al-Muslimun aidhan buduruhum
hadza al-naun min al ‘ibadah).
Selain dari itu, gereja mula-mula
juga meneruskan adab ‘Tilawat Muzamir’ (yaitu bagian-bagian Kitab
Zabur/Mazmur) dan salat-salat yang ditentukan pada jam-jam ini (wa qad
akhadzat ba’dha al-Kana’is ‘an Yahudu tilawat Muzamir wa shalawat
mu’ayyanat fii hadzihis sa’ah).
Kiblat Salat
Alkitab
mencatat kebiasaan nabi Daniel berkiblat "ke arah Yerusalem, tiga kali
sehari ia berlutut dengan kakinya (ruku’) mengerjakan salat" (Daniel
6:11, dalam bahasa Aram: "negel Yerusyalem, we zimnin talatah be Yoma hu
barek ‘al birkohi ume Tsela" ).
Seluruh umat Yahudi sampai
sekarang berdoa dengan menghadap ke Baitul Maqdis (Ibrani: Beyt
ham-Miqdash), di kota suci Yerusalem. Sinagoga-sinagoga Yahudi di luar
Tanah Suci mempunyai arah kiblat (Ibrani: Mizrah) ke Yerusalem.
Kebiasaan ini diikuti oleh umat Kristen mula-mula, tetapi mulai
berkembang beberapa saat setelah tentara Romawi menghancurkan Bait Allah
di Yerusalem pada tahun 70 M.
Kehancuran Bait Allah membuat arah
kiblat salat Kristen menjadi ke arah Timur, berdasarkan Yohanes 4:21,
Kejadian 2:8, Yehezkiel 43:2 dan Yehezkiel 44:1. Kiblat ibadah ke arah
Timur ini masih dilestarikan di seluruh gereja Timur, baik gereja-gereja
Orthodoks yang berhaluan Kalsedonia (Yunani), gereja-gereja Orthodoks
non-Kalsedonia (Qibtiy/Coptic dan Suriah), maupun minoritas
gereja-gereja Nestoria yang masih bertahan di Irak.
Makna Teologis Ketujuh Waktu Salat
Makna Teologis Ketujuh Waktu Salat
L E Philips, berdasarkan penelitian arkeologisnya menulis bahwa umat
Kristiani paling awal sudah melaksanakan daily prayers (salat) pada
waktu pagi, tengah hari, malam dan tengah malam.
Ketujuh Salat dalam gereja purba, yang penyusunannya didasarkan hitungan waktu Yahudi kuno itu, antara lain :
Salat Sa’at al-Awwal
Salat Sa’at al-Awwal
Salat jam pertama, kira-kira pukul 06.00 pagi, disebut juga Salat Subuh
dalam gereja Suriah, atau Salat Bakir (Salat bangun tidur) dalam gereja
Koptik. Dalam Gereja Barat (Katolik) disebut Prime (Latin: hora prime
'jam pertama'). Ibadat ini dalam Gereja Barat dibedakan dengan Matin
(Latin: matutinum 'waktu fajar') yang dilaksanakan saat matahari
terbit/subuh. (Matin di kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan Lauds
(lihat Salat as-Satar di bawah).)
Keputusan Konsili Vatikan II
menghapuskan ibadat Prime dan menyederhanakan tiga ibadat Terce, Sexte,
dan None (lihat salat-salat ini di bawah) menjadi satu ibadat siang yang
waktunya dapat dilaksakan kapan saja di siang hari.
Salat Sa’at ats-Tsalitsah
Salat Sa’at ats-Tsalitsah
Terce (Latin: hora tertia 'jam ketiga'), jatuh kira-kira sejajar dengan
pukul 09.00 pagi, sebanding dengan Salat Duha dalam Islam. Salat pada
jam ketiga ini, karena memperingati Penyaliban Al-Masih (Markus 15:25),
dan turunnya Ruh Kudus atas para muridNya (Kisah Para Rasul 2:15).
Salat Sa’at as-Sadisah
Salat Sa’at as-Sadisah
Sexte (Latin: hora sexta 'jam keenam'), yang bertepatan pada jam 12.00
siang. Rasul Petrus melaksanakannya (Kisah Para Rasul 10:9), raja Daud
juga mengenal salat tengah hari (Ibrani: "Tsohorayim" ). Waktu salat ini
dapat sejajar dengan Salat Zuhur dalam Islam. Pada waktu inilah
kegelapan melanda kawasan itu mulai jam 12 waktu "Ia telah disalibkan"
(Markus 15:33).
Salat Sa’at at-Tasi’ah
Salat Sa’at at-Tasi’ah
None (Latin: hora nona
'jam kesembilan'), kira-kira pukul tiga petang menurut hitungan modern
(15.00), atau sejajar dengan Salatt ‘Asyar dalam Islam. Rasul-rasul
dengan tekun mengikuti Salat yang dikenal orang Yahudi sebagai Minhah
(Kisah Para Rasul 3:1, 10:30). Dalam Lukas 23:44-46 dikisahkan bahwa
kegelapan meliputi seluruh daerah itu, dan tirai Baitul Maqdis terbelah
dua, lalu Ia menyerahkan nyawaNya.
Salat Sa’at al-Ghurub
Salat Sa’at al-Ghurub
Dalam Gereja Katolik dikenal dengan Vesper (ibadah sore/senja/Magrib).
Waktunya bersamaan dengan terbenamnya matahari, kira-kira pukul 06.00
petang (18:00) menurut waktu kita. Salat ini untuk mengingatkan kita
pada diturunkannya tubuh Junjungan kita Al-Masih dari kayu salib, lalu
dikafani dan dibaringkan serta diberi rempah-rempah (ruttabat hadza
ash-salatu tadkara li-nuzulu jasada as-sayid al-Masih min ‘ala
ash-shalib wa takafiniyat wa wadha’ al-hanuthan ‘alaih).
Salat al-Naum
Salat al-Naum
Shalat al-Naum (‘saat berangkat tidur’), kira-kira sejajar dengan salat
‘Isya dalam Islam. Gereja Katolik menyebut salat ini Complin (Latin:
Completorium 'penutup'). Tradisi liturgis Kristiani menghubungkan salat
malam ini "untuk mengingat berbaringnya Junjungan kita al-Masih dalam
kubur" (ruttabat tadzkara li-wadla’a as-sayid al-Masih fi al-qubr).
Salat as-Satar
Salat as-Satar
Salat tengah malam (penutup) ini, disebut dalam gereja-gereja kuno
dengan berbagai nama: Salat Lail (Salat malam), Salat Satar ("Pray of
Veil", Salat Penutup), atau Salat Sa’at Hajib Dhulmat (Salat berjaga
waktu malam gelap). Dalam bahasa Aram/Suryani dikenal dengan istilah
Tselota Shahra (Salat waktu berjaga). [bnd. Wahyu 16:15, Kisah Para
Rasul 16:25].
Ibadat tengah malam, yang semula dalam gereja Latin
disebut Nocturna, tidak memiliki jam yang tetap dan dapat dilaksanakan
kapan saja di antara Complin dan Matin. Ibadat ini berpadanan dengan
Salat Tahajjud dalam Islam. Oleh sebab itu, banyak tempat yang kemudian
melaksanakannya berdekatan dengan Matin. Ibadat tengah malam ini
akhirnya pun disebut Matin (kerancuan istilah ini sebenarnya tidak salah
sebab Matin (Latin: matutinum) berarti 'waktu fajar' dan Nocturna sudah
tidak benar-benar dilaksanakan pada tengah malam lagi). Ibadat subuh
yang sesungguhnya lalu mendapat nama baru: Lauds (berasal dari perkataan
Laudate Dominum 'Pujilah Tuhan' yang terkandung dalam ayat
mazmur-mazmur yang dinyanyikan pada akhir ibadat ini), dan langsung
dilaksanakan menyusul ibadat "tengah malam" (yang kini bernama Matin).
Setelah Konsili Vatikan II ibadat tengah malam (Matin) kini disebut
Ibadat Bacaan (Latin officium lectionis) dan waktu pelaksanaannya dapat
digeser kapan saja sepanjang hari.
Thursday, January 29, 2015
proses Membuat Puisi
Dalam penulisan puisi setiap individu melewati serangkaian kegiatan
kreatif dengan cara dan gaya tersendiri. Ada generalisasi proses kreatif
yang sama dalam menulis puisi yang terdiri atas empat tahap, yaitu
penentuan ide, pengendapan, penulisan, serta editing dan revisi.
1. Pencarian Ide
Bahan pertama dalam menulis puisi adalah ide atau inspirasi, yaitu sesuatu yang menyentuh rasa atau jiwa yang menbuat sesorang ingin mengabadikan dan mengekspresikannya dalam puisi. Ide ini berupa pengalaman yaitu segala kejadin yang ditangkap panca indera kita, yang kemudian menimbulkan efek-efek rasa, sedih, senang, bahagia, marah, dan sebagainya, yang kemudaian dituliskan dalam bentuk puisi.
Pencarian inspirasi itu bersifat aktif-kreatif, bukan pasif seperti yang dipahami selama ini, yaitu menunggu inspirasi datang. Ide atau inspirasi haruslah dipanggil, dicari dan diburu dengan cara menyensitifkan panca indera kita dalam memaknai setiap kejadian dan fenomena yang dijumapai di sekeliling. Dengan demikian, kepekaan panca indera dan pemahaman diri yang baik menjadi kunci untuk bisa mendapatkan inspirasi sebagi bahan penulisan.
Pemahaman diri penting karena setiap individu memiliki ciri khas dalam memaknai setiap kejadian atau fenomena yang diterima panca indera. Selain aspek penghayatan pancaindera, ide juga bisa muncul dari setiap peristiwa yang dialami sendiri yang dianggap istimewa atau berharga, misalnya kesedihan, percintaan, kerinduan, dan keputusasaan. Dalam situasi ini, jika kita sedang mengalami kejadian yang menggugah rasa, sesungguhnya ide atau inspirasi sudah masuk, maka segeralah dijadikan karya, jangan ditunda momen-momen itu karena bisa hikang dengan sendirinya.
2. Pengendapan atau Perenungan
Jika ide itu sudah didapat, maka renungkannlah atau endapkanlah, proses ini disebut pematangan ide. Biasanya proses pengendapan ini lama karena berkaiatan dengan cara yang akan dilakukan agar ide itu menarik. Dalam pengembangan ide yang harus direnungkan utamanya adalah kata-kata, yaitu merenungkan kata-kata yang tepat, diksi, puistik, dan mengandung makna yang dalam dan kompleks, karena kunci utama puisi adalah pada konsentrasi kata, sehingga aspek utama merenungkan dan mengembangkan ide adalah diksi atau kata yang tepat. Diksi itu dapat diperoleh dari kata-kata yang ada dan berserakan di sekeliling kita, karena kata yang indah tidak hanya pada pikiran tetapi juga dari hal-hal kecil yang menarik dan ada di sekeliling kita yang khas dan tidak pernah dipikirkan orang lain.
Tahap pengendapan ide ini digunakan untuk menemukan bait kunci atau diksi kunci yang akan dijadikan sebagai pijakan untuk mengembangkan ide. Proses pengendapan ide umumnya bersifat respon spontan. Artinya, jika kita mendapatkan ide, maka perasaan dan pikiran kita langsung berimajinasi ke mana-mana.
3. Penulisan
Jika proses pengendapan atau perenungan ide sudah matang, maka tahap selanjutnya adalah penulisan. Tulislah apa yang sudah ingin ditulis dengan segera tanpa ditunda-tunda, jangan berhenti kalau memang benar-benar buntu. Prinsip menulisnya adalah ungkapan segala hal yang sudah ada dalam otak tenatang ide yang sudah didapat dan diendapkan. Jika masih punya tenaga dan daya, bisa hasil tulisn yang sudah jadi dibaca ulang dan dibetulkan bahasa dan isinya.
Bagaimanapun menulis itu membutuhkan tenaga ekstra, sehingga perlu istirahat saat sudah selesai. Dalam penulisan ini, persoalan yang sering muncul adalah buntu, mancet, tidak bisa melanjutkan karena idenya buntu. Jika hal itu terjadi, maka jangan paksakan selesai. Persoalan baik atau tidak puisi itu tergantung pada proses. Kadang satu ide dalam menulis puisi bisa menghasilkan lebih dari satu puisi.
4. Editing dan Revisi
Jika sudah kelar penulisan, disusul dengan editing dan revisi. Editing ini berkaitan dengan pembetulan pada puisi yang diciptakan pada aspek bahasa, baik salah ketik, pergantian kata, sampai kalimat, bahkan tata tulis. Sedangkan revisi berkaitan dengan penggantian isi atau substansi. Dua hal ini pasti terjadi dalam setiap penciptaan puisi. Hal ini terjadi karena pada saat menulis sebenarnya dalam keadaan trans, semacam ketidaksadaran, sehingga hasil puisi sering terjadi anakronistis dari aspek bahasa maupun isi. Oleh karena itu, editing dan revisi menjadi syarat mutlak untuk bisa menghasilkan karya puisi yang bagus.
Editing dan revisi merupakan bagian dari keharusan proses menulis yang selain bertujuan untuk membuat puisi menjadi semakin baik, juga untuk menunjukkan sikap apresiasi terhadap karya sendiri.
Persoalan yang sering muncul dalam proses editing dan revisi adalah seringnya berubah bahasa dan isi dari puisi awal dengan puisi setelah editing dan revisi karena mendapat tambahan, penghilangan, bahkan penggantian tema. Saat menulis tuntutannya adalah “jadi karya”, maka menulispun meluncur saja tidak terkendali. Sedangkan editing dan revisi tuntutannya adalah "perbaiki”, maka segala hal baik bahasa maupun isi yang dikira tidak sesuai dan tidak baik harus diperbaiki. Karena prinsip ini, maka dalam editing dan revisi selalu terjadi perubahan yaitu perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Proses editing dan revisi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Setelah selesai beristirahat, baca kembali puisi dalam komputer pelan-pelan.
b. Perbaikilah aspek bahasa jika terdapat kesalahan
c. Setelah selesai, cetaklah karya dalam print out.
d. Pindahkan revisian dalam komputer, kemudian cetak karya tersebut
e. Selanjutnya baca kembali, jika masih ada yang salah atau tidak pas, maka berikan puisi itu pada teman, saudara, atau pakar dibidangnya untuk membacanya dan mengkritiknya.
1. Pencarian Ide
Bahan pertama dalam menulis puisi adalah ide atau inspirasi, yaitu sesuatu yang menyentuh rasa atau jiwa yang menbuat sesorang ingin mengabadikan dan mengekspresikannya dalam puisi. Ide ini berupa pengalaman yaitu segala kejadin yang ditangkap panca indera kita, yang kemudian menimbulkan efek-efek rasa, sedih, senang, bahagia, marah, dan sebagainya, yang kemudaian dituliskan dalam bentuk puisi.
Pencarian inspirasi itu bersifat aktif-kreatif, bukan pasif seperti yang dipahami selama ini, yaitu menunggu inspirasi datang. Ide atau inspirasi haruslah dipanggil, dicari dan diburu dengan cara menyensitifkan panca indera kita dalam memaknai setiap kejadian dan fenomena yang dijumapai di sekeliling. Dengan demikian, kepekaan panca indera dan pemahaman diri yang baik menjadi kunci untuk bisa mendapatkan inspirasi sebagi bahan penulisan.
Pemahaman diri penting karena setiap individu memiliki ciri khas dalam memaknai setiap kejadian atau fenomena yang diterima panca indera. Selain aspek penghayatan pancaindera, ide juga bisa muncul dari setiap peristiwa yang dialami sendiri yang dianggap istimewa atau berharga, misalnya kesedihan, percintaan, kerinduan, dan keputusasaan. Dalam situasi ini, jika kita sedang mengalami kejadian yang menggugah rasa, sesungguhnya ide atau inspirasi sudah masuk, maka segeralah dijadikan karya, jangan ditunda momen-momen itu karena bisa hikang dengan sendirinya.
2. Pengendapan atau Perenungan
Jika ide itu sudah didapat, maka renungkannlah atau endapkanlah, proses ini disebut pematangan ide. Biasanya proses pengendapan ini lama karena berkaiatan dengan cara yang akan dilakukan agar ide itu menarik. Dalam pengembangan ide yang harus direnungkan utamanya adalah kata-kata, yaitu merenungkan kata-kata yang tepat, diksi, puistik, dan mengandung makna yang dalam dan kompleks, karena kunci utama puisi adalah pada konsentrasi kata, sehingga aspek utama merenungkan dan mengembangkan ide adalah diksi atau kata yang tepat. Diksi itu dapat diperoleh dari kata-kata yang ada dan berserakan di sekeliling kita, karena kata yang indah tidak hanya pada pikiran tetapi juga dari hal-hal kecil yang menarik dan ada di sekeliling kita yang khas dan tidak pernah dipikirkan orang lain.
Tahap pengendapan ide ini digunakan untuk menemukan bait kunci atau diksi kunci yang akan dijadikan sebagai pijakan untuk mengembangkan ide. Proses pengendapan ide umumnya bersifat respon spontan. Artinya, jika kita mendapatkan ide, maka perasaan dan pikiran kita langsung berimajinasi ke mana-mana.
3. Penulisan
Jika proses pengendapan atau perenungan ide sudah matang, maka tahap selanjutnya adalah penulisan. Tulislah apa yang sudah ingin ditulis dengan segera tanpa ditunda-tunda, jangan berhenti kalau memang benar-benar buntu. Prinsip menulisnya adalah ungkapan segala hal yang sudah ada dalam otak tenatang ide yang sudah didapat dan diendapkan. Jika masih punya tenaga dan daya, bisa hasil tulisn yang sudah jadi dibaca ulang dan dibetulkan bahasa dan isinya.
Bagaimanapun menulis itu membutuhkan tenaga ekstra, sehingga perlu istirahat saat sudah selesai. Dalam penulisan ini, persoalan yang sering muncul adalah buntu, mancet, tidak bisa melanjutkan karena idenya buntu. Jika hal itu terjadi, maka jangan paksakan selesai. Persoalan baik atau tidak puisi itu tergantung pada proses. Kadang satu ide dalam menulis puisi bisa menghasilkan lebih dari satu puisi.
4. Editing dan Revisi
Jika sudah kelar penulisan, disusul dengan editing dan revisi. Editing ini berkaitan dengan pembetulan pada puisi yang diciptakan pada aspek bahasa, baik salah ketik, pergantian kata, sampai kalimat, bahkan tata tulis. Sedangkan revisi berkaitan dengan penggantian isi atau substansi. Dua hal ini pasti terjadi dalam setiap penciptaan puisi. Hal ini terjadi karena pada saat menulis sebenarnya dalam keadaan trans, semacam ketidaksadaran, sehingga hasil puisi sering terjadi anakronistis dari aspek bahasa maupun isi. Oleh karena itu, editing dan revisi menjadi syarat mutlak untuk bisa menghasilkan karya puisi yang bagus.
Editing dan revisi merupakan bagian dari keharusan proses menulis yang selain bertujuan untuk membuat puisi menjadi semakin baik, juga untuk menunjukkan sikap apresiasi terhadap karya sendiri.
Persoalan yang sering muncul dalam proses editing dan revisi adalah seringnya berubah bahasa dan isi dari puisi awal dengan puisi setelah editing dan revisi karena mendapat tambahan, penghilangan, bahkan penggantian tema. Saat menulis tuntutannya adalah “jadi karya”, maka menulispun meluncur saja tidak terkendali. Sedangkan editing dan revisi tuntutannya adalah "perbaiki”, maka segala hal baik bahasa maupun isi yang dikira tidak sesuai dan tidak baik harus diperbaiki. Karena prinsip ini, maka dalam editing dan revisi selalu terjadi perubahan yaitu perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Proses editing dan revisi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Setelah selesai beristirahat, baca kembali puisi dalam komputer pelan-pelan.
b. Perbaikilah aspek bahasa jika terdapat kesalahan
c. Setelah selesai, cetaklah karya dalam print out.
d. Pindahkan revisian dalam komputer, kemudian cetak karya tersebut
e. Selanjutnya baca kembali, jika masih ada yang salah atau tidak pas, maka berikan puisi itu pada teman, saudara, atau pakar dibidangnya untuk membacanya dan mengkritiknya.
Tuesday, January 27, 2015
Komunikasi dalam ManaJemen
Komunikasi dalam Manajemen
by Moredy. Maverick. E. Katuuk
by Moredy. Maverick. E. Katuuk
Mengapa Komunikasi di dalam suatu
manajemen itu penting?
Karena komunikasi adalah suatu
metode atau cara seseorang menyampaikan kehendak, argument dan ide ide ,
strategi, informasi maupun perintah dari seseorang kepada orang lain atau baik
dari atasan kepada bawahan dalam suatu manajemen maka tanpa adanya komunikas bagaimana caranya kita
menyampaikan sesuatu dan mengetahui apa yang orang lain atau manejemen
kehendaki. Dan melalui komunikasi fiungsi-fungsi dalam manajemen baik itu
perencanaan, pengorganisasian dan , pengawasan pengerahan itu dapat dicapai. Karena
itu Komunikasi sering disebut sebagai Rantai pertukaran informasi atau menurut dari G. Terry management is communicatio yang dia ibaratkan bahwa komunikasi adalah sebagai minyak pelumas dalm suatu manajemen.
Bagaimana suatu komunikasi itu tejadi?
Dalam suatu kegiatan komunikasi
tentunya harus ada sumber komunikasi dan si penerima komunikasi
Berikut ini yang merupakan proses
terjadinya suatu Komunikasi yaitu:
- Sumber (Source)
- Encoding atau pengubah berita ke dalam suatu bentuk kode atau sandi
- Pengirim berita atau mediasi ( transmitting the massage )
- Penerimaan Berita
- Pengartian atau penterjemahan kembali berita atau pesan tersebut
- Umpan Balik ( Feed back )
Jadi proses terjadinya
komunikasi dalam manajemen seperti
seseorang yang sebagai sumber dari suatu pesan atau perintah contohnya Bapak
Abraham Samad hendak menyampaikan sesuatu pada staff atau karyawan nya ex
Moredy maka dalam menyampaikan pesan itu ia harus mengubah gagasan atau suatu
perintah yang ada dalam pikirannya dalam bentuk sebuah sandi atau code (
Encoding ) lalu ia mengirim pesan itu
baik dengan komunikasi langsung atau dengan perantara sehingga Moredy dapat
menerima pesan tesebut lalu menerjemahkan kembali pesan tersebut sehingga sesuai dengan
maksudnya dan terakhir moredy memberikan respon terhadap pesan atau perintah
tersbut dengan memberikan umpan balik.
Apa aja sih peran Komunikasi
dalam suatu manajemen Organisasi?
- Sebagai Fungsi Informatif suatu manajemen yang baik adalah dimana manajemen tersebut memiliki system pemrosesan informasi yang baik, efektif dan efisien sehingga seluruh anggota dalam organisasi tersebut memperoleh informasi lebih banyak dan lebih mudah.
- Sebagai Fungsi Regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Yang dalam arti suatu kepastian peraturan dan tujuan organisasi tentang batasan batasa pekerjaan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dan merupakan suatu keabsahan perintah dan tentang sanksi-sanksi.
- Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab itu suatu pekerjaan yang dilakukan dengan sukarela oleh seorang karyawn lebih menghasilkan dan lebih produktif dibandingkan dengan suatu intruksi dan suatu tekanan pekerjaan.
- Fungsi Integratif Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik terintegrasi pada tujuan dan berintegritas dengan baik.
Gaya gaya dalam menyalurkan
susatu komunikasi
- Komunikasi vertical atau komunikasi ke bawah untuk memberikan pengarahan dari atasan atau manajemen puncak hingga sampai ke karyawan dan staff-staff yang biasanya merupakan suatu bentuk informasi, nasihat, perintah dan ini juga adalah suatu cara manajemen tingakat atas dapat mengetahui apa yang terjadi pada tingkat bawah.
- Komunikasi Horizontal atau suatu komunikasi yang tejadi antar para karyawan dengan karyawan lainya dalam melakukan suatu pekerjaan, menyampaikan ide atau gagasan dan menyampaikan dalam menyampaikan maksud dan tujuan strategi menajemen dalam suatu manajemen perusahaan.
Kesimpulan
Menurut saya komunikasi adalah
hal mutlak dan sungguh sangat penting karena pada dasarnya menurut Aristoteles
manusia adalah Zoo on politicon atau manusia yang bersosial/berpolitik untu
bersosial dibutuhkan komunikasi sebagai suatu metode untuk menyampaikan pesan atau
maksud dan keinginan hati yang ada pada
diri seseorang kepada yang lain dan di
dalam suatu manajemen adalah suatu hal yang sanggat di perlukan komunikasi dan
mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik antar atasan dan bawahan dan
atar sesame karyawan dalam suatun manajemen. Dan Komunikasi itu pada umumnya
bertujuan agar kita dapat mengajak atau memberi informasi kepada orang lain
agar orang tersebut dapat mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai suatu
tujuan dan sebaliknya .
Sumber
-http://www.academia.edu/6720272/Arti_penting_komunikasi_dalam_organisasi_softskill
Tambahan Bagi yang perlu informasi lain tentang bentuk bentu komunikasi
Apa saja bentuk-Bentuk Komunikasi
?
Bentuk Komunikasi itu ada 4 yaitu
dilihat dari segi sifatnya, arahnya, menurut lawannya, dan keresmiannya…
- Dari segi sifatnya :
- Komunikasi Lisan komunikasi yang berlangsung lisan / berbicara contoh:saat kita presentasi di kelas
- Komunukasi Tertulis komunikasi melalui tulisan Cth: email, bbm ataupun komunikasi lewat media social.
- Komunikasi Verbal komunikasi yang dibicarakan/diungkapkan cth: sharing, Curhat dan kesaksian
- Komunikasi Non Verbal komunikasi yang tidak dibicarakan(tersirat) cth:). Mimic, gugup atau nerves.
- Komunikasi vertical Ke atas komunikasi dari bawahan ke atasan
- Komunikasi vertical Ke bawah komunikasi dari atasan ke bawahan
- Komunikasi Horizontal komunikasi ke sesama karyawan atau sesame manusia
- Komunikasi Satu Arah Seperti saat kita menonton berita atau ceramah dan khotbah (tanpa ada timbal balik)
- Komunikasi Dua Arah Berbicara dengan adanya timbal balik/ saling berkomuni contoh debat dan diskusi.
3. Menurut
Lawannya :
- Komunikasi Satu Lawan Satu merupakan Berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknyacontoh:berbicara melalui telepon.
- Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok) atau Berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok. Contoh: kelompok satpam menginterogasi maling
- Kelompok Laawan Kelompok Berbicara antara suatu kelompok
dengan kelompok lainContoh:
debat partai politik.
4. Menurut Keresmiannya :
- Komunikasi Formal adalah Komunikasi yang berlangsung resmi Contoh: rapat pemegang saham atau direksi.
- Komunikasi Informal Komunikasi yang tidak resmi Contoh : ngobrol dengan sahabat atau denga orang tua.
Subscribe to:
Posts (Atom)