Saturday, April 19, 2014

Pengertian "Arti penting Stres dan Coping Stres dan Teori Kepribadian sehat menurut Allport dan Carl Rogers

PENGERTIAN STRES



A. Arti Penting Stres

    Pada dasarnya manusia tidak pernah luput dari masalah baik itu di lingkungan sekitar, keluarga, hubungan pertemanan, fakto pribadi dan organisasi dan lain sebagainya. Stres adalah suatu masalah yang dirasakan oleh seorang individu yang dirasakanya menekan, mengangu dan masalah yang dihadapi suatu individu terasa sangat berat melampaui akan batas kekuatannya untuk  melakukan coping maupun menangungnya sehingga muncul tekanan dan ganguan pada dirinya. Stress dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian.  Menurut Levy, Dignan, dan Shifers (dalam Astuti,2003) mengatakan bahwa stres merupakan beberapa reaksi fisik dan psikologis yang ditunjukkan seseorang dalam merespon beberapa perubahan yang mengancam dari lingkungannnya yang disebut stresor.

Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya. Jadi merupakan respon automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Sedangkan dari sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbukan perubaha-perubahan  atau memerlukan mekanisme pertahanan seseorang. Suwondo(1996) mendifinisikan stess sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan representatif dari transaksi khas dan problematika antara seseorang dengan lingkungannya.

Menurut Wangsa ( 2010) istilah stres berasal dari kata “stringere “  yang mempunyai arti ketegangan, dan tekanan. Stres merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang. Dimana harmoni atau keseimbangan antara kekuatan dan kemampuannya terganggu. Sedangakan menurut wikpedia bahasa Indonesia  Stresadalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.[1] Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.

Definisi stress menurut  para ahli
a. Lazarus dan folkman stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan, dll) atau diakibatkan kondisi lingkumgan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untik melakukan coping.
b.Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan dilingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
c.Menurut Baron & Greenberg (dikutip oleh Veithzal Rivai & Deddy
Mulyadi, 2003:308) adalah “reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya”
d. Menurut Veithzal & Ella Jauvani Sagala (2009:1008) adalah “suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir,
e. Sarwono (dalam Natalia, 2007) : “stres adalah kondisi kejiwaan ketika jiwa itu mendapat beban.”
f.. Hans Selye (dalam Santrock, 2003 : 557) : stres adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya.
g. Spielberger (dalam Handoyo dikutip Natalia, 2007) : “stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.”
h. Maramis (dalam Doelhadi,1977) yang mengatakan bahwa stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang bila tidak diatasi dengan baik, akan mengganggu keseimbangan hidup dari manusia
Jadi dari beberapa pengertian stress diatas suatu keadaan dimana individu yang mengalami suatu masalah, tekanan emosi  dan sebagainya merespon stimulus akan kondisi tersebut. Namun tak menutp kemungkina bahwa stress juga menimbulkan suatu hal yang positif atau yang sering disebut dengan stress yang positif.

 Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.
2. Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stress merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stress terjadi karena antara keinginan dan harapan tidak sesuai. Stressor atau penyebab stress sendiri bisa terjadi karena 3 faktor yaitu:
a. faktor eksternal atau lingkunganb. faktor internal (psikologis)
c. faktor biologis

Coping stress

Individu dari semua umur mengalami stres dan mencoba untuk mengatasinya. Karena ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stres menimbulkan ketidaknyaman, seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi stres. (dalam Jusung, 2006).
Jika stress pada individu tidak tertangani maka bukan tidak mungkin stress tersebut akan membuat orang menjadi frustasi. Tingkatan stress pada individu satu sama lain pasti berbeda, individual differences tersebut yaitu adanya faktor jenis kelamin, usia, tingkah laku, intelegensi, afeksi, budaya, dll. Karena stress adalah hal yang alamiah maka bukanlah ketakutan berlebihan yang harus terjadi ketika stress datang. Malah kita harus menjadikan stress sebagai tantangan untuk kita agar kita bisa mengelola stress itu dengan baik karena jika stress bisa dikelola dengan baik, stress tersebut akan bisa menjadi bermanfaat untuk kehidupan kita. Cara mengatasi stress biasa disebut dengan Coping Stress.


Definisi Coping stress

Lazarus & Folkman (1986) mendefenisikan coping sebagai segala usaha untuk mengurangi stres, yang merupakan proses pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai beban yang melampaui kemampuan seseorang. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Taylor (dalam Baron & Byrne, 2005) yang menganggap Coping sebagai cara individu untuk mengatasi atau menghadapi ancaman-ancaman dan konsekuensi emosional dari ancaman-ancaman tersebut

Menurut Sarafino (2006) usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat membawa pada solusi dari suatu masalah yang menimbulkan situasi stres. Individu melakukan proses coping terhadap stres melalui proses transaksi denganlingkungan, secara perilaku dan kognitif. Sarafino (2006) menambahkan bahwa Coping adalah proses dimana individu melakukan usaha untuk mengatur (management) situasi yang dipersepsikan adanya kesenjangan antara usaha (demands) dan kemampuan (resources) yang dinilai sebagai penyebab munculnya situasi stress.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa Coping stres adalah suatu upaya yang dilakukan individu untuk mengurangi mentoleransi, atau mengatasi stress yang ditimbulkan oleh sumber stres yan dianggap membebani individu.
Menurut Lazarus dan Folkman,  ada 2 jenis strategi coping stres, yaitu :
1.    Emotional-Focused Coping
Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun kognitif. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Emotional-Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stresor yang ada tidak dapat diubah atau diatasi.
Berikut adalah aspek-aspeknya:
a. Self Control, merupakan suatu bentukdalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan dri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
b. Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
c. Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu  dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah),
d. Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
e. Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.

2. Problem-Focused Coping,
Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Problem Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stressor yang ada dapat diubah. Aspek-aspek yang digunakan individu, yaitu :
a. Distancing , ini adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positf, dan seperti menganggap remeh/lelucon suatu masalah .
b. Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
c. Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencar makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
d. Self Control, merupakan suatu bentukdalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
e. Escape, usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll.

B. Teori Kepribadian Sehat menurut Allport dan Carl Rogers

 

1. Allport

Menurut Allport, individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Dimana orang-orang yang neurotis terikat dan terjalin erat pada pengalaman-pengalamanmasa kanak-kanak, berbeda dengan orang-orang yang sehat yang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Pandangan orang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandangan yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Orang yang matang dan sehat juga akan terus menerus membutuhkan motif-motif kekuatan dan daya hidup yang cukup untuk menghabiskan energi-energinya. Pada tahap perkembangan manapun, setiap individu harus menemukan minat-minat dan impian-impian baru. Energi tersebut harus diarahkan pada setiap tahap agar mencapai suatu kepribadian yang sehat.
 Contohnya seorang remaja membutuhkan penyaluran-penyaluran atas energinya agar terhindar dari kepribadian yang tidak sehat. Energi itu harus menemukan jalan keluar, dan apabila energi tidak diungkapkan secara konstruktif maka mungkin energi akan dilepaskan secara destruktif. Dimana beberapa anak yang kekurangan tujuan-tujuan yang berarti dan konstruktif untuk menghabiskan energi mereka, menyebabkan masalah kenakalan. Dorongan yang bersifat konstruktif adalah sangat penting bagi orang-orang yang sehat secara psikologis. Orang-orang yang demikian mengejar secara aktif tujuan-tujuan, harapan-harapan, dan impian-impian, dan kehidupan mereka dibimbing oleh suatu perasaan akan maksud, dedikasi, dan komitmen. Pengejaran terhadap suatu tujuan tidak pernah berakhir; apabila suatu tujuan harus dibuang, maka suatu motif yang baru harus cepat dibentuk. Orang yang sehat melihat ke masa depan dan hidup dalam masa depan.

2. Carl Rogers



Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.

 Sumber

Feist, J., Fiest, G. J. (2010). Theories Of Personality. 7th ed. Boston: Mc Graw Hill.
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26403/Materi+08++TeoriKepribadianAllport.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16704/3/Chapter%20II.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Stres
http://kajianpsikologi.blogspot.com/2012/02/definisi-stres.html

Pengertian "Arti Penting Stress, Coping Stress dan Teori Kepribadian Sehat menurut Allport dan Carl Rogers"







PENGERTIAN STRES

Arti Penting Stres
                Pada
dasarnya manusia tidak pernah luput dari masalah baik itu di lingkungan
sekitar, keluarga, hubungan pertemanan, fakto pribadi dan organisasi dan lain
sebagainya. Stres adalah suatu masalah yang dirasakan oleh seorang individu
yang dirasakanya menekan, mengangu dan masalah yang dihadapi suatu individu
terasa sangat berat melampaui akan batas kekuatannya untuk  melakukan coping maupun menangungnya sehingga
muncul tekanan dan ganguan pada dirinya. Stress dalam arti secara umum adalah
perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal
sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian.
 Menurut Levy, Dignan, dan Shifers (dalam
Astuti,2003) mengatakan bahwa stres merupakan beberapa reaksi fisik dan
psikologis yang ditunjukkan seseorang dalam merespon beberapa perubahan yang
mengancam dari lingkungannnya yang disebut stresor.

Dari sudut pandang ilmu
kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar stress yang dimaksud
dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak spesifik terhadap aksi atau
tuntutan atasnya. Jadi merupakan respon automatik tubuh yang bersifat adaptif
pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisis atau emosi yang
bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Sedangkan
dari sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai suatu keadaan
internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh
situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan,
menimbukan perubaha-perubahan  atau
memerlukan mekanisme pertahanan seseorang. Suwondo (1996) mendifinisikan stess
sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan representatif dari transaksi
khas dan problematika antara seseorang dengan lingkungannya.

Menurut Wangsa ( 2010) istilah
stres berasal dari kata “stringere “ 
yang mempunyai arti ketegangan, dan tekanan. Stres merupakan reaksi yang
tidak diharapkan yang muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan
kepada seseorang. Dimana harmoni atau keseimbangan antara kekuatan dan
kemampuannya terganggu. Sedangakan menurut wikpedia bahasa Indonesia  Stresadalah suatu kondisi anda yang dinamis
saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang
terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya
dipandang tidak pasti dan penting.[1] Stress adalah beban rohani yang melebihi
kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol
secara sehat.

Definisi stress menurut  para ahli
a.      
Lazarus
dan folkman
stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh
tuntutan fisik dari tubuh(kondisi penyakit, latihan, dll) atau diakibatkan
kondisi lingkumgan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak
terkendali atau melebihi kemampuan individu untik melakukan coping.
b.     
Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu
bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan
dilingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.


c.      
Menurut Baron & Greenberg (dikutip oleh
Veithzal Rivai & Deddy
Mulyadi, 2003:308) adalah “reaksi-reaksi emosional dan
psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan
dan tidak bisa mengatasinya”
d.   Veithzal & Ella Jauvani Sagala
(2009:1008) adalah “suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir,
e.     
Sarwono (dalam Natalia, 2007) : “stres adalah
kondisi kejiwaan ketika jiwa itu mendapat beban.”
f.    Hans Selye (dalam Santrock, 2003 : 557) : stres
adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang ditempatkan
padanya.
g.  Spielberger (dalam Handoyo dikutip Natalia,
2007) : “stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang,
misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif
adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau
gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.”
h.  Maramis (dalam Doelhadi,1977) yang mengatakan
bahwa stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang bila
tidak diatasi dengan baik, akan mengganggu keseimbangan hidup dari manusia.

Jadi dari beberapa pengertian stress
diatas suatu keadaan dimana individu yang mengalami suatu masalah, tekanan
emosi  dan sebagainya merespon stimulus akan
kondisi tersebut. Namun tak menutp kemungkina bahwa stress juga menimbulkan
suatu hal yang positif atau yang sering disebut dengan stress yang positif.

 Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres
memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1. Stimulus, yaitu stres
merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut
juga dengan stressor.
2. Respon, yaitu stres yang
merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi
tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis,
seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti:
takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
3. Proses, yaitu stres
digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat
mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Ø 
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa stress merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu.
Stress terjadi karena antara keinginan dan harapan tidak sesuai. Stressor atau
penyebab stress sendiri bisa terjadi karena 3 faktor yaitu:
a.        faktor eksternal atau lingkungan 

b.      faktor
internal (psikologis) 

c.       faktor
biologis



Coping stress

Individu dari
semua umur mengalami stres dan mencoba untuk mengatasinya. Karena ketegangan
fisik dan emosional yang menyertai stres menimbulkan ketidaknyaman, seseorang
menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi stres. (dalam
Jusung, 2006).
Jika stress pada
individu tidak tertangani maka bukan tidak mungkin stress tersebut akan membuat
orang menjadi frustasi. Tingkatan stress pada individu satu sama lain pasti
berbeda, individual differences tersebut yaitu adanya faktor jenis kelamin,
usia, tingkah laku, intelegensi, afeksi, budaya, dll. Karena stress adalah hal
yang alamiah maka bukanlah ketakutan berlebihan yang harus terjadi ketika
stress datang. Malah kita harus menjadikan stress sebagai tantangan untuk kita
agar kita bisa mengelola stress itu dengan baik karena jika stress bisa
dikelola dengan baik, stress tersebut akan bisa menjadi bermanfaat untuk
kehidupan kita. Cara mengatasi stress biasa disebut dengan Coping Stress.

Definisi Coping stress

Lazarus &
Folkman (1986) mendefenisikan coping sebagai segala usaha untuk mengurangi
stres, yang merupakan proses pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun
internal) yang dinilai sebagai beban yang melampaui kemampuan seseorang. Pandangan
yang sama juga dikemukakan oleh Taylor (dalam Baron & Byrne, 2005) yang
menganggap Coping sebagai cara
individu untuk
mengatasi atau menghadapi ancaman-ancaman dan konsekuensi emosional dari
ancaman-ancaman tersebut

Menurut Sarafino
(2006) usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat membawa pada
solusi dari suatu masalah yang menimbulkan situasi stres. Individu melakukan
proses coping terhadap stres melalui proses transaksi denganlingkungan, secara
perilaku dan kognitif. Sarafino (2006) menambahkan bahwa Coping adalah proses
dimana individu melakukan usaha untuk mengatur (management) situasi yang
dipersepsikan adanya kesenjangan antara usaha (demands) dan kemampuan
(resources) yang dinilai sebagai penyebab munculnya situasi stress.
  • Berdasarkan
    pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa Coping stres adalah suatu
    upaya yang dilakukan individu untuk mengurangi mentoleransi, atau mengatasi
    stress yang ditimbulkan oleh sumber stres yan dianggap membebani individu.

Menurut Lazarus
dan Folkman,  ada 2 jenis strategi coping
stres, yaitu :
1.      
Emotional-Focused Coping
Coping ini
bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional terhadap situasi
penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun kognitif.
Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan
Emotional-Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stresor yang
ada tidak dapat diubah atau diatasi. Berikut adalah aspek-aspeknya:

a. 
Self Control, merupakan suatu bentukdalam
penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan dri,menahan diri, mengatur perasaan,
maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
b.     
 Seeking
Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan
individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada
keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
c.      
 Positive
Reinterpretation, respon dari suatu individu 
dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba
mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah),
d.     
  Acceptance, berserah diri, individu menerima
apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal
yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
e.  Denial
(avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari
dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya
 
2.
Problem-Focused Coping,
Coping ini
bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau memperbesar sumber
daya dan usaha untuk menghadapi stres. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan
bahwa individu cenderung menggunakan Problem Focused Coping ketika individu
memiliki persepsi bahwa stressor yang ada dapat diubah. Aspek-aspek yang
digunakan individu, yaitu :
a.      
Distancing , ini adalah suatu bentuk coping yang
sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan
menutupinya dengan pandangan yang positf, dan seperti menganggap remeh/lelucon
suatu masalah .
b.    Planful
Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan
perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang
teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
c. Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencar
makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini
terkadang melibatkan hal-hal religi.
d.  Self
Control, merupakan suatu bentukdalam penyelesaian masalah dengan cara menahan
diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam
mengambil tindakan.
e.    Escape, usaha untuk menghilangkan stress dengan
melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok,
narkoba, makan banyak dll.

Teori Kepribadian Sehat menurut
Allport dan Carl Rogers


1. Allport

Menurut Allport,
individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat
rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing
mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang
tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Dimana
orang-orang yang neurotis terikat dan terjalin erat pada
pengalaman-pengalamanmasa kanak-kanak, berbeda dengan orang-orang yang sehat
yang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Pandangan orang sehat adalah ke
depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan
datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak.
Segi pandangan yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih
dan bertindak. Orang yang matang dan sehat juga akan terus menerus membutuhkan
motif-motif kekuatan dan daya hidup yang cukup untuk menghabiskan
energi-energinya. Pada tahap perkembangan manapun, setiap individu harus
menemukan minat-minat dan impian-impian baru. Energi tersebut harus diarahkan
pada setiap tahap agar mencapai suatu kepribadian yang sehat. Contohnya seorang
remaja membutuhkan penyaluran-penyaluran atas energinya agar terhindar dari
kepribadian yang tidak sehat. Energi itu harus menemukan jalan keluar, dan
apabila energi tidak diungkapkan secara konstruktif maka mungkin energi akan
dilepaskan secara destruktif. Dimana beberapa anak yang kekurangan tujuan-tujuan yang
berarti dan konstruktif untuk menghabiskan energi mereka, menyebabkan masalah
kenakalan. Dorongan yang bersifat konstruktif adalah sangat penting bagi
orang-orang yang sehat secara psikologis. Orang-orang yang demikian mengejar
secara aktif tujuan-tujuan, harapan-harapan, dan impian-impian, dan kehidupan
mereka dibimbing oleh suatu perasaan akan maksud, dedikasi, dan komitmen.
Pengejaran terhadap suatu tujuan tidak pernah berakhir; apabila suatu tujuan
harus dibuang, maka suatu motif yang baru harus cepat dibentuk. Orang yang
sehat melihat ke masa depan dan hidup dalam masa depan.


2. Carl Rogers

Carl Rogers adalah seorang
psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien
(client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya
sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan
Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers
menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain,
Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah,
sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang
sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah. Ide pokok dari teori – teori
Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti
diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan
konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk
aktualisasi diri. Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi
diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa
kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet
trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih
melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan
mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan
mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi
sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.


Sumber
Feist, J., Fiest, G. J. (2010).
Theories Of Personality. 7th ed. Boston: Mc Graw Hill.
http://kajianpsikologi.blogspot.com/2012/02/definisi-stres.html