Sunday, June 29, 2014

Ganguan belajar pada anak

Ganguan Belajar


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Beberapa penelitian yang dilakukan pada siswa Sekolah Dasar dan Menengah dari beberapa Negara bagian di USA, menunjukkan sekitar 9 % dari seluruh siswa tersebut diidentifikasi mengalami hambatan perkembangan belajar. Di Indonesia kasus ini jumlahnya lebih banyak, yaitu sekitar 10 – 15 % dari seluruh siswa SD dan SMP (Depdiknas, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2003). Pada waktu itu, hambatan perkembangan belajar masih kurang dipahami dan banyak diperdebatkan, karena dianggap sebagai kondisi ketidakmampuan fisik dan lingkungan yang mempengaruhi siswa.
Hambatan ini yang sering terjadi antara lain kurangnya keterampilan sosial dan gangguan emosi atau perilaku seperti hambatan pemusatan perhatian (ADD/Attention Deficit Disorder). Suatu bagian yang penting dari definisi hambatan perkembangan belajar menurut the IDEA (the Individuals with Disabilities Education Act) adalah bukan termasuk atau tidak dapat dihubungkan terutama dengan tunagrahita (Mentally Retarded), gangguan emosi dan perilaku (tunalaras), perbedaan budaya, atau kondisi lingkungan atau ekonomi yang tidak menguntungkan. Dalam hal ini, konsep hambatan perkembangan belajar itu fokus pada ketidaksesuaian antara prestasi akademik seorang anak dengan kemampuan dia yang kelihatan dan aktivitasnya dalam belajar. Diperjelas oleh hasil penelitian Zigmond (2003: 72), bahwa “hambatan ini merupakan refleksi masalah belajar yang tidak terduga dalam suatu kemampuan anak yang nampak.”

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana perkembangan emosi dalam kehidupan anak?
2.      Bagaimana perkembangan sosial dalam kehidupan anak?
3.      Apakah pengertian dari masalah?
4.      Apa saja ciri – ciri masalah?
5.      Apa saja jenis – jenis masalah siswa di Sekolah Dasar?
6.      Apa saja permasalahan  belajar karena gangguan sosioemosional anak?
7.      Bagaimana cara mengatasi permasalahan belajar karena gangguan sosio emosional anak?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui perkembangan emosi dalam kehidupan anak.
2.      Mengetahui perkembangan sosial dalam kehidupan anak.
3.      Mengetahui pengertian masalah.
4.      Mengetahui ciri – ciri dari masalah.
5.      Mengetahui jenis – jenis masalah yang dihadapi siswa di Sekolah Dasar.
6.      Mengetahui permasalahan belajar karena gangguan sosio emosional
7.      Mengetahui cara mengatasi permasalahan belajar karena gangguan sosio emosional


BAB II
ISI

A.    Perkembangan emosi
1.      Emosi dalam kehidupan
Dalam kehidupan sehari-hari  kita sering mendengar kata emosional. Emosi-emosi apa yang ada dalam diri seseorang? Bagaimana peranan emosi dalam kehidupan? Bagaimana berkembangnya emosi itu?
Emosi memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan anak. Dari pengalaman masa kecil emosi memberi warna atau menambah kesenangan terhadap pengalaman sehari-hari dan juga merupakan motivasi terhadap tindakan atau perbuatan kita. Ada kalanya kita menyadari bahwa emosi itu dapat menjadi penghambat atau rintangan. Pengaruh emosi terhadap keadaan fisik anak bisa berakibat sangat merugikan terutama bila emosi itu amat kuat dan sering dialami. Ketegangan emosi dapat mengganggu pencernaan dan tidur yang berakibat pila terhadap kerusakan pola pertumbuhan fisik. Prestasi si anak akan menurun bila terjadi ketegangan emosional oleh karena kemampuannya untuk memusatkan perhatian terganggu.
Terlalu sering mengalami peledakan emosi yang sangat kuat akan merugikan bagi penyesuaian sosial anak. Dan anak yang penyesuaian sosial nya kurang baik akan mengalami ketidak senangan, rasa berkekurangan dan rasa rendah diri. Yang semuanya ini akan memperkuat lagi ketegangan emosional yang telah ada dalam dirinya. Perasaan-perasaan ini merugikan pula terhadap konsep si anak mengenai dirinya sendiri yang akan membebaskan dalam perkembangan kepribadiannya. Keberhasilan atau kegagalan anak dalam penyesuaian dirinya terhadap kehidupan sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman emosionalnya pada masa kanak-kanak.
Emosi-emosi tertentu seperti rasa takut, marah dan cemburu yang sering disebut sebagai “emosi anak yang tidak menyenangkan” adalah merugikan atau berbahaya bagi perkembangan anak. Sedangkan “emosi yang menyenangkan” seperti kasih sayang, kebahagiaan, kegembiraan, dan ingin tahu, tidak hanya menguntungkan akan tetapi sangat penting bagi perkembangan yang normal pada masa kanak-kanak. Anak yang selalu mengalami frustasi dalam setiap usahanya untuk rasa ingin tahunya melalui eksplorasi langsung atau dengan jalan mengajukan pertanyaan, tidaka akan mencapai tingkat perkembangan mental yang sesuai dengan kemampuannya. Demikian pula kurangnya kesempatan untuk mengalami kebahagiaan dan kegembiraan akan merusak pola kepribadian anak.

2.      Perkembangan emosi
Emosi akan terus berkembang dan dikembangkan. Perkembangan emosional oleh dua faktor yaitu kematangan dan belajar. Jadi oleh kedua-duanya, bukan hanya oleh satu dari padanya. Kenyataan bahwa reaksi emosional tertentu tidak muncul sejak awal kehidupan tidak berarti bahwa itu tidak dibawa lahir.
Pertumbuhan dan perkembangan membuat anak bersifat berbeda terhadap situasi-situasi yang khas. Apa yang menakutkan baginya pada usia tertentu mungkin akan menimbulkan rasa ingin tahunya pada usia yang lain, dan mungkin sekali dikemudian hari tidak menimbulkan reaksi emosional sama sekali. Demikian pula rangsangan atau stimulus yang dulunya tidak menimbulkan respon emosional dikemudian hari akan menimbulkan emosional dengan bernagai tingkat intensitas.

3.      Ciri emosi pada anak
a.       Berlangsung singkat dan berakhir dengan tiba-tiba.
b.      Terlihat lebih hebat/kuat.
c.       Bersifat sementara atau dangkal.
d.      Lebih sering terjadi
e.       Dapat diketahui dari tingkah lakunya.



4.      Jenis-jenis emosi pada masa kanak-kanak
a.      Takut
Adanya rasa takut pada anak-anak adalah baik selama rasa takut itu tidak terlalu kuat dan hanya merupakan peringatan terhadap bahaya. Sayangnya, kebanyakan anak-anak belajar takut terhadap hal-hal yang tidak berbahaya, dan rasa takut itu menjadi penghambat terhadap tindakan yang mungkin sekali sangat berguna ataupun menyenangkan.
Diharapkan anak akan menjadi takut dan apa yang menimbulkan rasa takutnya tidaklah mudah. Rasa takut itu hanya brepengaruhpada satu stimulus atau perangsang tertentu saja, seperti suara yang keras, wajah yang asing, atau binatang, tetapi juga oleh keadaan lingkungan sekitar, cara terjadinya stimulus,
b.      Cemas
Suatu bentuk rasa takut yang bersifat khayalan. Jadi, bukan rasa takut yang disebabkan stimulus dari lingkungan si anak. Kecemasan ini mungkin datangnya dari situasi-situasi yang dihayalkan/ diimajinasikan akan terjadi. Tapi fdapat pula asalnya dari buku-buku, film, komik, radio, ataupun cara-cara rekreasi populer lainnya.
Jadi jelaslah bhahwa rasa cemas itu biasanya hanya merupakan suatu yang tidak masuk akal dan yang dibesar-besarkan tentang apa mungkin barang kali yang terjadi. Akan tetapi hal ini mungkin merupakan hal yang wajar dalam perkembangan anak.
c.       Marah
Terjadi pada masa kana-kanakoleh karena (1) lebih banyak stimulus yang menimbulkan kemarahan dalam kehidupan anak dari pada stimulus yang menimbulkan rasa takut dan (2) banyak anak-anak yang pada usia muda telah menemukan bahwa marah merupakan cara yang baik untuk mendapat kan perhatian atau memuaskan keinginan-keinginanya.
d.      Cemburu
Cemburu merupakan respons yang normal terhadap kehilangan nyata ataupun ancaman terhadap kehilangan kasih sayang. Cemburu adalah kelanjutan dari marah yang menimbulkan sifat benci atau dendam yang ditujukan terhadap orang, diri sendiri atau benda-benda. Dalam cemburu sering terdapat kombinasi antara marah dan takut. Apa yang menyebabkan orang cemburu dan bagaimana bentuk kecemburuannya banyak dipengaruhi oleh pendidikan dan perlakuan yang diperoleh dari orang lain.
Cemburu diikuti oleh ketegangan dan ketegangan biasanya diredakan oleh berbagai variasi dan reaksi antara lain yang umumnya ialah
1.      Agresif atau persaingan
2.      Identifikasi dengan saingan
3.      Menjauhkan diri dari orang yang dicintai
4.      Penekanan terutama bersikap saya tidak peduli
5.      Sublimasi dan kompetisi yang kratif
e.       Kegembiraan
Kesenangan dan kenikmatan.kegembiraan dalam bentuknya yang lebih lunak dikenal sebagai kesenangan, kenikmatan atau kebahagiaan merupakan emosi yang positif karena individu yang mengalaminya tidak melakukan usaha untuk menghilangkan situasi yang menimbulkannya. Ia menerima situasi tersebutatau usaha untuk mempertahankannya karena hasil yang menyenagkan yang diperolehnya.
f.       Kasih sayang
Kasih sayang atau cinta adalah reaksi emosional yang ditujukan nuntuk seseorang atau suatu benda. Kasih sayang seorang terhadap orang lain terjadi secara spontan dan dapat ditimbulakan oleh situasi stimulus sosial yang penting dalam menentukan orang-orang tertentu atau objek-objek tertentu terhadap siapa anak menaruh kasih sayangnya.
g.      Ingin tau
Minat terhadap lingkungan sangat terbatas selama usia  dua atau tiga bulan pertama dari kehidupan terkecuali bila stimulus yang kuat ditujukan terhadap si bayi. Setelah usia itu, apa saja yang baru atau aneh baguinya pasti akan menimbulakan rasa ingin tahunya. Hal ini mendorongnya untuk melakukan ekoplorasi sampai rasa ingin tahunya memuaskan.

5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi emosi
a.      Kelelahan
Bila anak menjadi lebih, disebabkan karena kurang istirahat, terlalu bergairah, maka ia lebih mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang menjengkelkan.
b.      Kesehatan
Bila anak berada dalam keadaan kurang sehat yang disebabkan oleh kekurangan gizi, gangguan pencernaan, gangguan pada mata, kerusakan pada gigi, maka ia lebih mudah untuk menjadi emosional, sama halnya seperti pada baru kelelahan.
c.       Intelegensi
Pada umumnya anak-anak yang tingkat intelegensinya rendah kurang dapat mengendalikan emosiny dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi pada usia yang sama.
d.      Lingkungan sosial
Lingkungan yang terlalu penuh dengan kegairahan, umpamannya terlalu banyak ketegangan akibat pertengkaran, atau terlalu banyak pengalaman yang menggairahka, sedangkan anak belum siap menghadapinya, seperti program-program radio, televisi, film, hiburan-hiburan lainya. Kesemuanya ini cenderung untuk meningkatkan keadaan emosi sianak.
e.       Hubungan keluarga
Sikap orang tua sering kali merupakan penyebab dari keadaan emosi anak. Gejala-gejala emosi sanagt umum dijumpai pada anak-anak yang diterlantarkan orang tuanya, yang orangtuanya sebagian besar waktunya tidak dirumah, yang menuntut terlalu tinggi dari anak-anaknya.

f.       Tingkat aspirasi
Walau banyak problem-problem emosional timbul disebabkan harapan orang tua adalah diluar kemampuan anak dan anak dibuat merasa tidaka layak melalui kecaman-kecaman kekecewaan orang tua, tetapi ada keadaan emosi-emosi tertentu yang dapat dilacaki sebagai akibat tingkat aspirasi si anak sendiri.

B.     Perkembangan sosial
1.      Pengertian
Perkembangan sosial ialah pencapaian kematangan dalam hubungan-hubungan sosial. Dengan perkataan lain merupakan suatu proses belajar untuk penyesuaian terhadap norma-norma kelompok, moral, tradisi, dan meleburkan diri menjadi satu rasa kesatuan. Hal ini mencakup perkembangan bentuk-bentuk tingkah laku baru, perubahan dalam minat, dan pilihan tentang tipe-tipe baru.
Tidak seorang anak pun yang dilahirkan dengan sifat sosial, dalam pengertian bahwa ia dapat langsung dengan orang secara serasi. Ia harus belajar melakukan penyesuaian-penyesuaian kepada orang lain, dan kemampuan ini hanya bisa diperoleh sebagai hasil dari kesempatan-kesempatannya untuk bergaul dengan berbagai macam tipe manusia, terutama selama tahun-tahun dimana sosialisasi merupakan fase yang penting dalam perkembangan anak. Sebagaimana perkembangan-perkembangan lainnya, perkembangan sosial juga memerlukan bimbingan bila diinginkan hasil yang baik.
Anak yang dibesarkan dalam keluarga – keluarga dimana ada pembatasan-pembatasan terhadap partisipasi sosial, kematangan sosialnya lebih rendah daripada anak-anak yang diberi kesempatan yang wajar untuk partisipasi sosial. Ketidakmatangan sosial ini tampak dalam bentuk kurangnyua bergaul dengan orang lain, kurang berminat dalam kehidupan sosial, kurang prakarsa, dan kurang perencana untuk masa depan.
Walaupun partisipasi sosial adalah sangat hakiki bagi perkembangan sosial, akan tetapi terlalu banyak partisipasi dapat juga merugikan anak. Anak yang merasa tidak senang ditengah-tengah orang lain akan gagal mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya untuk tetap berbahagia bila keadaan memaksanya untuk berada jauh dalam orang lain. Jenis dan macam kontak sosial yang dialami anak adalah jauh lebih penting bagi perkembangannya daripada jumlah kontank sosial yang dialaminya.

2.      Pengaruh kelompok sosial
Eksistensi anak tidak hanya tergantung pada kelompok sosial, tapi lebih penting lagi bahwa kelompok sosial itu turut menentukan menjadi manusia apa ia kelak. Oleh karena manusia bersifat elastis, baik fisik maupun mental, maka perkembangannya dapat dipengaruhi dan dibentuk menurut pola yang ditentukan oleh anggota-anggota kelompok dengan siapa dia lebih banyak berhubungan. Dirumah keluarganyalah yang lebih berpengaruh dalam proses sosialisasinya, sedangkan disekolah guru-guru dan teman-teman sebaya mulai menekankan pengaruh mereka. Biasanya pengaruh teman sebaya (peer) adalah lebih besar daripada pengaruh guru.

3.      Bentuk-bentuk tingkah laku sosial
Karakteristik bentuk-bentuk tingkah laku yang umum muncul bila anak berada dalam situasi yang melibatkan orang dewasa ataupun anak-anak lainnya :
a.      Negativisme
Negativisme ialah suatu bentuk tingkah laku melawan yang dibesar-besarkan. Bila anak mengalami kesukaran dalam memaksakan keinginannya kepada orang lain, hal ini dapat menyebabkan menjadi bandel, keras kepala, dan kadang-kadang memberontak. Hal ini dipersukar pula oleh kenyataan bahwa seringkali orang dewasa tidak mempertimbangkan bahwa anak mungkin mempunyai keinginan-keinginan yang benar-benar penting atau sangat berarti baginya.


b.      Agresi
Agresi merupakan reaksi yang umum terhadap frustasi. Anak yang dihukum karena keagresifannya, maka akan menambah frustasinya dan ini akan menyebabkannya lebih agresif lagi. Anak tidak bertindak agresif karenanya ingin agresif, tapi karena ada sesuatu yang merintangi pencapaian tujuannya yang sangat penting baginya.
c.       Menggoda
Menggoda merupakan bentuk tingkah laku agresif yang lain. Menggoda terdiri dari serangan mental terhadap orang lain sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang diserang. Menggoda dilakukan dengan mengejek atau menyebutkan kata-kata yang dapat menimbulkan kemarahan.
d.      Persaingan
Persaingan ditandai dengan keinginan untuk melampaui atau melebihi orang lain, dan selalu didorong orang lain. Pada usia 4 tahun terlihat jelas adanya persaingan untuk prestise, sedangkan pada usia 6 tahun semangat bersaing telah berkembang dengan baik pada kebanyakan anak-anak.
e.       Geng
Setelah anak masuk sekolah ia berhubungan dengan anak-anak lain, dan mulailah minatnya untuk bermain disekitar rumah sendirian atau dengan satu atau dua orang teman. Menemani orang tuanya berpiknik, ke pesta, atau ke pertemuan keluarga sekarang dianggapnya sebagai hal yang membosankan.
Geng merupakan kelompok lokal tanpa otorisasi dari luar dan tanpa suatu tujuan yang secara sosial disetujui. Geng ini dibentuk oleh anak-anak sendiri tanpa dukungan dari orang tua, guru, ataupun pimpinan remaja. Kelompok ini hasil usaha spontan dari pihak anak-anak untuk menciptakan suatu masyarakat yang serasi dengan kebutuhan-kebutuhan mereka.
Perkembangan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap prose belajar. Dengan mengetahui perkembangan sosial, orang dapat segara meramalkan bahwa pada usia tertentu anak bersikap pemalu pada orang yang asing baginya, pada usia lain ia merindukan persahabatan-persahabatan dari individu-individu sebaya dan sejenis kelaminnya, sedangkan pada usia yang lain lagi, minatnya terarah pada anggota dari lawan jenisnya.

C.    Pengertian masalah
Masalah merupakan sesuatu atau persoalan yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Ini merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain.

D.    Ciri – ciri masalah
Sebuah masalah mempunyai ciri-ciri, Prayitno (1985) mengemukakan ciri-ciri masalah ialah:
1.      Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya.
2.      Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau bagi orang lain.
  1. Ingin (perlu) dihilangkan.
Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri diatas. Suatu masalah dapat juga terjadi pada diri sendiri. Suatu hal, kejadian suasana atau gejala yang tidak disukai adanya, yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain, dan ingin dihilangkan. Maka dengan itu, suatu masalah dapat terjadi pada siapa saja, termasuk murid sekolah dasar. Masalah itu perlu diupayakan penanggulangannya agar menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan dengan baik.
E.     Jenis-jenis Masalah Siswa di Sekolah Dasar
Sikap dan perilaku anak-anak yang menyimpang karena adanya suatu masalah dapat juga mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa puber dan sebagai akibatnya, anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan.
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno (1985) menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar. Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:
1.    Kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2.    Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
3.    Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4.    Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5.    Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya

F.     Permasalahan belajar karena gangguan sosioemosional anak
1)      Hiperaktif
Anak ini cenderung tidak bisa duduk diam dan sulit untuk dikontrol. Ia melakuakan aktifitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia suka mengganggu temannya bahkan gurunya.
2)      Distractibility child
Anak ini cenderung cepat bosan dan sering kali mengalihkan perhatiannya keberbagai objek lainn di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung dikelas.
3)      Poor self consept
Anak ini cenderung pendiam di kelas, pasif, sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Ia cenderung kurang berani bergaul serta suka menyendiri. Karakteristik anak ini cenderung tidak berani bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak mampu.
4)      Impulsif
Anak yang cepat bereaksi setiap guru memberi pernyataan dikelas. Namun jawaban yang diberikan sering kali tidak menunjukkan kemampuan berpikir logis.
5)      Distructive behavior
Siswa ini suka merusak benda – benda yang ada disekitarnya. Sikap agresif yang negative ini menunjukkan anak ini bermasalah. Anak seperti ini cepat tersinggung dan bertempramen tinggi.
6)      Distruptive behavior
Anak ini sering mengeluarkan kata – kata kasar dan tidak sopan. Dengan mengejek dan cenderung menentang guru.
7)      Dependency child
Anak seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk melakukannya sendiri. Sikap orang tua yang terlalu over protektif membuat anak ini sangat tergantung pada orang tua.
8)      Withdrawl
Anak ini merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu, hal ini disebabkan karena anak ini berasal dari sosial ekonomi yang sangat rendah.
9)      Learning disability
Anak ini sulit untuk menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasi apa yang dipelajari, sehingga anak ini tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak yang sebaya.
10)  Learning disorder
Anak ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak sebaya. Anak ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakuakan oleh lembaga-lembaga khusus, karena mereka mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik mapun syaraf.
11)  Underachiever
Anak ini mempunyai potensi intelektual diatas rata-rata, namun prestasi akademiknya dikelas sangat rendah. Semangat belajanya juga sangat rendah sehingga ia sering menyepelekan tugas-tugas yang diberikan.
12)  Overachiver
Anak ini empunyai semangat belajar yang sangat tinggi, ia merespon dengan cara cepat. Namun, anak ini tidak bisa menerima kegagalan dan tidak mudah menerima kritikan dari siapapun gtermasuk gurunya.
13)  Slow Leaner
Anak ini sulit menangkap pelajaran dikelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.
14)  Social interseption child
Anak ini kurang peka dan tidak peduli terhadap lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang ada dikelas.

G.    Cara mengatasi permasalahan belajar  karena gangguan sosioemosional.
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah berbicara dengan kepala sekolah. Kemudian, melakukan pengamatan yang cermat dan mendalam. Buatlah Cummulative Records (Anecdotal Records) setelah memperoleh informasi dan memahami permasalahan belajar anak tersebut. Carilah penyuluhan atau referal untuk membuat program-progam Therapy atau Treatment. Selain dengan menggunakan cara tersebut ada cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah-masalah emosional dan perilaku di kelas adalah dengan mencegah terjadinya masalah ini. Sementara tidak semua masalah emosional dan perilaku dapat dicegah, suatu pendekatan proaktif jauh lebih efekif dibanding dengan cara yang semata-mata hanya merespon terhadap masalah. Cara ini juga memberikan hubungan komunikasi yang saling memuaskan yang mungkin sebelumnya diterima dengan lebih negatif oleh siswa maupun guru.
Beberapa cara yang mungkin dapat meningkatkan perilaku positif siswa :
  1. Memberikan penjelasan dan harapan-harapan pada emosi dan perilaku siswa yang diinginkan sejelas mungkin bagi mereka.
  2. Menunjukkan dan memberi penjelasan pada siswa terhadap hal-hal yang negatif dan tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa.
  3. Memerikan perhatian dan pengakuan kepada siswa atas sifat-sifat dan prestasi yang positif untuk dinyatakan pada siswa setiap hari.
  4. Memberikan contoh sikap, kebiasaan kerja dan hubungan interaksi dan komunikasi yang positif.
  5. Selalu memberikan motivasi-motivasi positif kepada siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
  6. Mempersiapkan pola pengajaran dan memberikan kurikulum yang tersusun dengan baik, dan cara penyampaian yang efektif, kreatif, yang dapat menjadikan siswa aktif.
  7. Memberikan bimbingan belajar khusus pada siswa yang memang memerlukan.
Tujuan bimbingan belajar ini antara lain :
  1. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengerjakan tugas dalam ketrampilan serta dalam bersikap terhadap guru.
  2. Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri atau kelompok.
  3. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.
Maka dengan hal-hal tersebut diharapkan siswa dapat memahami dan dapat mengontrol segala tindakan emosi dan tingkah lakunya di sekolah juga di lingkungan kehidupan bermasyarakat.


  




DAFTAR PUSTAKA

Natawidjaja, Rochman. 1979. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/perk_sosio-emosional_anak.pdf

http://www.batararayamedia.com/page.php?menu=artikel&id=115&title=Jenis-Masalah-Siswa-di-Sekolah-Dasa