Saturday, January 31, 2015

Hindari Stress dari Media sosial

Jujur saja, mungkin kita sering kesal karena hasil cake yang Anda buat tak secantik foto yang diposting teman di blog, atau status Facebook Anda tak selalu mendapat banyak "like".  Tapi, sebenarnya media sosial memiliki banyak manfaat positif bagi kita.

Media sosial memang telah mengubah cara kita berkomunikasi. Sekarang kita bisa dengan mudah dan murah berkomunikasi dengan siapa saja: keluarga yang jauh, teman satu sekolah yang bertahun-tahun tak bertemu, hingga dengan selebriti idola dan pejabat publik.

Sebuah survei yang dilakukan pada 1.800 orang mengungkapkan, wanita yang rutin menggunakan media sosial dan juga teknologi lain untuk terhubung dengan teman dan keluarganya ternyata lebih jarang stres.

Hasil survei itu seolah meredupkan anggapan negatif yang selama ini terlanjur melekat dengan media sosial. Beberapa studi yang lalu memang mengaitkan kebiasaan memakai media sosial dengan perilaku narsistik, perselingkuhan, hingga rasa depresi karena kita melihat kehidupan orang lain lebih menyenangkan.

Lewat berbagai saluran media sosial, kita bukan hanya mengetahui kabar-kabar bahagia dan humor yang beredar, tapi terkadang juga kabar tak menyenangkan dari teman. Misalnya saja, ada teman yang kehilangan anak atau pasangannya, anggota keluarga yang bercerai, atau mantan teman sekantor yang dipecat dari kantornya.

"Saat kita mengetahui kemalangan yang sedang dialami teman atau keluarga, hal itu juga bisa menambahkan stres pada diri kita. Stres memang bisa menular," kata Keith Hampton, kandidat profesor komunikasi dan peneliti yang melakukan survei ini.

Media sosial dan teknologi digital lainnya memang didesain untuk membuat orang dengan cepat mengetahui apa yang terjadi pada hidup orang lain, bukan hanya kabar yang membahagiakan tapi juga kesedihan. Itu sebabnya kita juga bisa merasa ikut stres atau sedih.

"Wanita sebenarnya lebih peka pada situasi yang dihadapi orang lain, ini membuat mereka lebih rentan mengalami stres yang menular tadi," kata Hampton.

Teknologi memang bagaikan dua sisi mata uang. Tinggal bagaimana kita secara bijak menyikapinya dan memanfaatkan media sosial untuk melakukan gerakan sosial. Salah satu contohnya adalah gerakan pengumpulan dana untuk membantu bayi yang sedang menghadapi penyakit langka.


sumber
Kompas.com 

Tertawa itu Positif tetapi itu bagian terapi


 Tertawa

Tertawa adalah obat terbaik. Bukan hanya bagi tubuh tapi juga untuk otak. Berbeda dengan respon emosional yang hanya terbatas pada area tertentu di otak, tertawa akan melibatkan berbagai area di seluruh otak.

Bukan hanya itu, sering mendengarkan humor dan melontarkan lelucon yang mengundang tawa juga mengaktifkan area otak yang penting dalam proses belajar dan kreativitas.

"Tertawa bisa membantu seseorang berpikir lebih luas dan menjalin relasi lebih bebas," kata psikolog Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence.

Oleh karena itu, warnailah hidup ini dengan tawa. Berikut beberapa cara untuk membuat kita lebih banyak tertawa.

- Tertawakan diri sendiri. Berbagi pengalaman yang memalukan dengan teman dekat misalnya.

- Bagikan. Kebanyakan orang akan senang menceritakan sesuatu yang lucu pada orang lain karena itu akan memberi kesempatan pada kita untuk tertawa lagi dan menemukan humor lainnya.

- Bergaul dengan orang yang fun. Ada orang-orang yang mudah tertawa, baik menertawakan dirinya sendiri atau sesuatu yang absurd. Berdekatan dengan orang-orang seperti ini bisa membuat kita tertular selera humor dan mudah tertawa.

- Perhatikan anak-anak. Mereka adalah makhluk yang ahli dalam bermain, melihat hidup secara santai, dan gampang tertawa.

Friday, January 30, 2015

sejarah tselota atau sholat bagi umat kristiani

Salat tujuh waktu

Salat Tujuh Waktu (bahasa Arab: As-Sab’u ash-Shalawat) adalah salah satu ritual atau tata ibadah Kristen dalam Gereja Ritus Timur, khususnya di dalam Gereja Ortodoks.

Barangkali agak asing rupanya, jika orang Kristen berbicara tentang salat. Karena kata Salat atau Sembahyang itu sendiri jarang disinggung-sentuh oleh orang Kristen. Padahal jauh sebelum kaum Muslim menggunakan kata ini, orang Kristen Orthodox telah menggunakan kata “Salat” saat menunaikan ibadah. Kata “Salat” itu sendiri dalam bahasa Arab, berasal dari kata tselota dalam bahasa Aram (Suriah) yaitu bahasa yang digunakan oleh Tuhan Yesus Kristus sewaktu hidup di dunia. Dan bagi umat Kristen Ortodoks Arab yaitu umat Kristen Ortodoks yang berada di Mesir, Palestina, Yordania, Libanon dan daerah Timur Tengah lainnya menggunakan kata tselota tadi dalam bentuk bahasa Arab Salat, sehingga doa “Bapa kami” oleh umat Kristen Ortodoks Arab disebut sebagai Sholattul Rabbaniyah.
Dengan demikian “Salat” itu awalnya bukanlah datang dari umat Islam atau meminjam istilah Islam. Jauh sebelum agama Islam muncul, istilah Salat untuk menunaikan ibadah telah digunakan oleh umat Kristen Ortodoks Timur, tentu saja dalam penghayatan yang berbeda. Salat masih dilakukan di gereja-gereja Arab, kalau di Gereja Katolik namanya Brevir atau De Liturgia Horanum. Hampir seluruh Gereja-gereja di Timur masih melaksanakan Salat Tujuh Waktu (As-Sab’u ash-Shalawat). Dalam gereja-gereja Ortodoks jam-jam salat (Arami: ‘iddana tselota; Arab: sa’atush salat) ini masih dipertahankan tanpa putus sebagai doa-doa baik kaum imam (klerus) maupun untuk umat (awam).
Khidmat al-Quddus dan Salat

Dalam teks '''Peshitta''' (dalam bahasa Aram) untuk Kisah Para Rasul 2:42 berbunyi: ‘Mereka bertekun dalam pengajaran para Rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu menjalankan salat-salat dan merayakan Ekaristi’. Dua corak ibadah ini merupakan penggenapan dari kedua corak ibadah Yahudi: Mahzor dan Siddur. Mahzor, ialah perayaan besar yang diselenggarakan 3 kali dalam setahun di kota suci Yerusalem. Kata yang diterjemahkan "perayaan", dalam bahasa Ibrani: Hag (yang seakar dengan kata Arab: Hajj ). Ketujuh ibadah sakramental, khususnya ‘Qurbana de Qaddisa’ (Ekaristi/Perjamuan Kudus) yang meneruskan ibadah Hag, maupun Salat tujuh waktu non-sakramental, dapat dilacak asal-usulnya dari Siddur Yahudi.

Istilah Tselota, Salat dan Shalawat
Kata Arab salat ternyata berasal dari bahasa Aram Tselota. Contoh kata ini misalnya terdapat pada Kis 2:42 dalam teks Arami/Syriac : "waminin hu bsyulfana dshliha wmishtautfin hwo batselota wbaqtsaya deukaristiya" (Mereka bertekun dalam pengajaran para Rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu menjalankan salat-salat dan merayakan Ekaristi). Dalam Alkitab bahasa Arab, kedua ibadah itu disebut: ‘kasril khubzi wa shalawat’ (memecah-mecahkan roti dan melaksanakan salat-salat).
Kata Aram Tselota merupakan nomen actionis, yang berarti "ruku’ atau perbuatan membungkukkan badan". Dari bentuk kata Tselota inilah, bahasa Arab melestarikannya menjadi kata Salat.
Selanjutnya, Mar Ignatius Ya’qub III menekankan bahwa orang Kristen hanya "melanjutkan adab yang dilakukan orang-orang Yahudi dan bangsa Timur lainnya ketika memuji Allah dalam praktek ibadah mereka" (taba’an lamma kana yaf’alahu al-Yahudi wa ghayrihim fii al-syariq fii atsna’ mumarasatihim al ‘ibadah). Dan perlu dicatat bahwa, "pola ibadah ini telah dilestarikan pula oleh umat Muslimin" (wa qad iqtabasa al-Muslimun aidhan buduruhum hadza al-naun min al ‘ibadah).
Selain dari itu, gereja mula-mula juga meneruskan adab ‘Tilawat Muzamir’ (yaitu bagian-bagian Kitab Zabur/Mazmur) dan salat-salat yang ditentukan pada jam-jam ini (wa qad akhadzat ba’dha al-Kana’is ‘an Yahudu tilawat Muzamir wa shalawat mu’ayyanat fii hadzihis sa’ah).
Kiblat Salat
Alkitab mencatat kebiasaan nabi Daniel berkiblat "ke arah Yerusalem, tiga kali sehari ia berlutut dengan kakinya (ruku’) mengerjakan salat" (Daniel 6:11, dalam bahasa Aram: "negel Yerusyalem, we zimnin talatah be Yoma hu barek ‘al birkohi ume Tsela" ).
Seluruh umat Yahudi sampai sekarang berdoa dengan menghadap ke Baitul Maqdis (Ibrani: Beyt ham-Miqdash), di kota suci Yerusalem. Sinagoga-sinagoga Yahudi di luar Tanah Suci mempunyai arah kiblat (Ibrani: Mizrah) ke Yerusalem. Kebiasaan ini diikuti oleh umat Kristen mula-mula, tetapi mulai berkembang beberapa saat setelah tentara Romawi menghancurkan Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 M.
Kehancuran Bait Allah membuat arah kiblat salat Kristen menjadi ke arah Timur, berdasarkan Yohanes 4:21, Kejadian 2:8, Yehezkiel 43:2 dan Yehezkiel 44:1. Kiblat ibadah ke arah Timur ini masih dilestarikan di seluruh gereja Timur, baik gereja-gereja Orthodoks yang berhaluan Kalsedonia (Yunani), gereja-gereja Orthodoks non-Kalsedonia (Qibtiy/Coptic dan Suriah), maupun minoritas gereja-gereja Nestoria yang masih bertahan di Irak.
Makna Teologis Ketujuh Waktu Salat
L E Philips, berdasarkan penelitian arkeologisnya menulis bahwa umat Kristiani paling awal sudah melaksanakan daily prayers (salat) pada waktu pagi, tengah hari, malam dan tengah malam.
Ketujuh Salat dalam gereja purba, yang penyusunannya didasarkan hitungan waktu Yahudi kuno itu, antara lain :
Salat Sa’at al-Awwal
Salat jam pertama, kira-kira pukul 06.00 pagi, disebut juga Salat Subuh dalam gereja Suriah, atau Salat Bakir (Salat bangun tidur) dalam gereja Koptik. Dalam Gereja Barat (Katolik) disebut Prime (Latin: hora prime 'jam pertama'). Ibadat ini dalam Gereja Barat dibedakan dengan Matin (Latin: matutinum 'waktu fajar') yang dilaksanakan saat matahari terbit/subuh. (Matin di kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan Lauds (lihat Salat as-Satar di bawah).)
Keputusan Konsili Vatikan II menghapuskan ibadat Prime dan menyederhanakan tiga ibadat Terce, Sexte, dan None (lihat salat-salat ini di bawah) menjadi satu ibadat siang yang waktunya dapat dilaksakan kapan saja di siang hari.
Salat Sa’at ats-Tsalitsah
Terce (Latin: hora tertia 'jam ketiga'), jatuh kira-kira sejajar dengan pukul 09.00 pagi, sebanding dengan Salat Duha dalam Islam. Salat pada jam ketiga ini, karena memperingati Penyaliban Al-Masih (Markus 15:25), dan turunnya Ruh Kudus atas para muridNya (Kisah Para Rasul 2:15).
Salat Sa’at as-Sadisah
Sexte (Latin: hora sexta 'jam keenam'), yang bertepatan pada jam 12.00 siang. Rasul Petrus melaksanakannya (Kisah Para Rasul 10:9), raja Daud juga mengenal salat tengah hari (Ibrani: "Tsohorayim" ). Waktu salat ini dapat sejajar dengan Salat Zuhur dalam Islam. Pada waktu inilah kegelapan melanda kawasan itu mulai jam 12 waktu "Ia telah disalibkan" (Markus 15:33).
Salat Sa’at at-Tasi’ah
None (Latin: hora nona 'jam kesembilan'), kira-kira pukul tiga petang menurut hitungan modern (15.00), atau sejajar dengan Salatt ‘Asyar dalam Islam. Rasul-rasul dengan tekun mengikuti Salat yang dikenal orang Yahudi sebagai Minhah (Kisah Para Rasul 3:1, 10:30). Dalam Lukas 23:44-46 dikisahkan bahwa kegelapan meliputi seluruh daerah itu, dan tirai Baitul Maqdis terbelah dua, lalu Ia menyerahkan nyawaNya.
Salat Sa’at al-Ghurub
Dalam Gereja Katolik dikenal dengan Vesper (ibadah sore/senja/Magrib). Waktunya bersamaan dengan terbenamnya matahari, kira-kira pukul 06.00 petang (18:00) menurut waktu kita. Salat ini untuk mengingatkan kita pada diturunkannya tubuh Junjungan kita Al-Masih dari kayu salib, lalu dikafani dan dibaringkan serta diberi rempah-rempah (ruttabat hadza ash-salatu tadkara li-nuzulu jasada as-sayid al-Masih min ‘ala ash-shalib wa takafiniyat wa wadha’ al-hanuthan ‘alaih).
Salat al-Naum
Shalat al-Naum (‘saat berangkat tidur’), kira-kira sejajar dengan salat ‘Isya dalam Islam. Gereja Katolik menyebut salat ini Complin (Latin: Completorium 'penutup'). Tradisi liturgis Kristiani menghubungkan salat malam ini "untuk mengingat berbaringnya Junjungan kita al-Masih dalam kubur" (ruttabat tadzkara li-wadla’a as-sayid al-Masih fi al-qubr).
Salat as-Satar
Salat tengah malam (penutup) ini, disebut dalam gereja-gereja kuno dengan berbagai nama: Salat Lail (Salat malam), Salat Satar ("Pray of Veil", Salat Penutup), atau Salat Sa’at Hajib Dhulmat (Salat berjaga waktu malam gelap). Dalam bahasa Aram/Suryani dikenal dengan istilah Tselota Shahra (Salat waktu berjaga). [bnd. Wahyu 16:15, Kisah Para Rasul 16:25].
Ibadat tengah malam, yang semula dalam gereja Latin disebut Nocturna, tidak memiliki jam yang tetap dan dapat dilaksanakan kapan saja di antara Complin dan Matin. Ibadat ini berpadanan dengan Salat Tahajjud dalam Islam. Oleh sebab itu, banyak tempat yang kemudian melaksanakannya berdekatan dengan Matin. Ibadat tengah malam ini akhirnya pun disebut Matin (kerancuan istilah ini sebenarnya tidak salah sebab Matin (Latin: matutinum) berarti 'waktu fajar' dan Nocturna sudah tidak benar-benar dilaksanakan pada tengah malam lagi). Ibadat subuh yang sesungguhnya lalu mendapat nama baru: Lauds (berasal dari perkataan Laudate Dominum 'Pujilah Tuhan' yang terkandung dalam ayat mazmur-mazmur yang dinyanyikan pada akhir ibadat ini), dan langsung dilaksanakan menyusul ibadat "tengah malam" (yang kini bernama Matin).
Setelah Konsili Vatikan II ibadat tengah malam (Matin) kini disebut Ibadat Bacaan (Latin officium lectionis) dan waktu pelaksanaannya dapat digeser kapan saja sepanjang hari.

Thursday, January 29, 2015

proses Membuat Puisi

Dalam penulisan puisi setiap individu melewati serangkaian kegiatan kreatif dengan cara dan gaya tersendiri. Ada generalisasi proses kreatif yang sama dalam menulis puisi yang terdiri atas empat tahap, yaitu penentuan ide, pengendapan, penulisan, serta editing dan revisi.
1. Pencarian Ide
Bahan pertama dalam menulis puisi adalah ide atau inspirasi, yaitu sesuatu yang menyentuh rasa atau jiwa yang menbuat sesorang ingin mengabadikan dan mengekspresikannya dalam puisi. Ide ini berupa pengalaman yaitu segala kejadin yang ditangkap panca indera kita, yang kemudian menimbulkan efek-efek rasa, sedih, senang, bahagia, marah, dan sebagainya, yang kemudaian dituliskan dalam bentuk puisi.
Pencarian inspirasi itu bersifat aktif-kreatif, bukan pasif seperti yang dipahami selama ini, yaitu menunggu inspirasi datang. Ide atau inspirasi haruslah dipanggil, dicari dan diburu dengan cara menyensitifkan panca indera kita dalam memaknai setiap kejadian dan fenomena yang dijumapai di sekeliling. Dengan demikian, kepekaan panca indera dan pemahaman diri yang baik menjadi kunci untuk bisa mendapatkan inspirasi sebagi bahan penulisan.
Pemahaman diri penting karena setiap individu memiliki ciri khas dalam memaknai setiap kejadian atau fenomena yang diterima panca indera. Selain aspek penghayatan pancaindera, ide juga bisa muncul dari setiap peristiwa yang dialami sendiri yang dianggap istimewa atau berharga, misalnya kesedihan, percintaan, kerinduan, dan keputusasaan. Dalam situasi ini, jika kita sedang mengalami kejadian yang menggugah rasa, sesungguhnya ide atau inspirasi sudah masuk, maka segeralah dijadikan karya, jangan ditunda momen-momen itu karena bisa hikang dengan sendirinya.


2. Pengendapan atau Perenungan
Jika ide itu sudah didapat, maka renungkannlah atau endapkanlah, proses ini disebut pematangan ide. Biasanya proses pengendapan ini lama karena berkaiatan dengan cara yang akan dilakukan agar ide itu menarik. Dalam pengembangan ide yang harus direnungkan utamanya adalah kata-kata, yaitu merenungkan kata-kata yang tepat, diksi, puistik, dan mengandung makna yang dalam dan kompleks, karena kunci utama puisi adalah pada konsentrasi kata, sehingga aspek utama merenungkan dan mengembangkan ide adalah diksi atau kata yang tepat. Diksi itu dapat diperoleh dari kata-kata yang ada dan berserakan di sekeliling kita, karena kata yang indah tidak hanya pada pikiran tetapi juga dari hal-hal kecil yang menarik dan ada di sekeliling kita yang khas dan tidak pernah dipikirkan orang lain.
Tahap pengendapan ide ini digunakan untuk menemukan bait kunci atau diksi kunci yang akan dijadikan sebagai pijakan untuk mengembangkan ide. Proses pengendapan ide umumnya bersifat respon spontan. Artinya, jika kita mendapatkan ide, maka perasaan dan pikiran kita langsung berimajinasi ke mana-mana.
3. Penulisan
Jika proses pengendapan atau perenungan ide sudah matang, maka tahap selanjutnya adalah penulisan. Tulislah apa yang sudah ingin ditulis dengan segera tanpa ditunda-tunda, jangan berhenti kalau memang benar-benar buntu. Prinsip menulisnya adalah ungkapan segala hal yang sudah ada dalam otak tenatang ide yang sudah didapat dan diendapkan. Jika masih punya tenaga dan daya, bisa hasil tulisn yang sudah jadi dibaca ulang dan dibetulkan bahasa dan isinya.
Bagaimanapun menulis itu membutuhkan tenaga ekstra, sehingga perlu istirahat saat sudah selesai. Dalam penulisan ini, persoalan yang sering muncul adalah buntu, mancet, tidak bisa melanjutkan karena idenya buntu. Jika hal itu terjadi, maka jangan paksakan selesai. Persoalan baik atau tidak puisi itu tergantung pada proses. Kadang satu ide dalam menulis puisi bisa menghasilkan lebih dari satu puisi.
4. Editing dan Revisi
Jika sudah kelar penulisan, disusul dengan editing dan revisi. Editing ini berkaitan dengan pembetulan pada puisi yang diciptakan pada aspek bahasa, baik salah ketik, pergantian kata, sampai kalimat, bahkan tata tulis. Sedangkan revisi berkaitan dengan penggantian isi atau substansi. Dua hal ini pasti terjadi dalam setiap penciptaan puisi. Hal ini terjadi karena pada saat menulis sebenarnya dalam keadaan trans, semacam ketidaksadaran, sehingga hasil puisi sering terjadi anakronistis dari aspek bahasa maupun isi. Oleh karena itu, editing dan revisi menjadi syarat mutlak untuk bisa menghasilkan karya puisi yang bagus.
Editing dan revisi merupakan bagian dari keharusan proses menulis yang selain bertujuan untuk membuat puisi menjadi semakin baik, juga untuk menunjukkan sikap apresiasi terhadap karya sendiri.
Persoalan yang sering muncul dalam proses editing dan revisi adalah seringnya berubah bahasa dan isi dari puisi awal dengan puisi setelah editing dan revisi karena mendapat tambahan, penghilangan, bahkan penggantian tema. Saat menulis tuntutannya adalah “jadi karya”, maka menulispun meluncur saja tidak terkendali. Sedangkan editing dan revisi tuntutannya adalah "perbaiki”, maka segala hal baik bahasa maupun isi yang dikira tidak sesuai dan tidak baik harus diperbaiki. Karena prinsip ini, maka dalam editing dan revisi selalu terjadi perubahan yaitu perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Proses editing dan revisi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Setelah selesai beristirahat, baca kembali puisi dalam komputer pelan-pelan.
b. Perbaikilah aspek bahasa jika terdapat kesalahan
c. Setelah selesai, cetaklah karya dalam print out.
d. Pindahkan revisian dalam komputer, kemudian cetak karya tersebut
e. Selanjutnya baca kembali, jika masih ada yang salah atau tidak pas, maka berikan puisi itu pada teman, saudara, atau pakar dibidangnya untuk membacanya dan mengkritiknya.

Tuesday, January 27, 2015

Komunikasi dalam ManaJemen



Komunikasi dalam Manajemen
by Moredy. Maverick. E. Katuuk

Komunikasi dalam Manajemen


Mengapa Komunikasi di dalam suatu manajemen itu penting?

Karena komunikasi adalah suatu metode atau cara seseorang menyampaikan kehendak, argument dan ide ide , strategi, informasi maupun perintah dari seseorang kepada orang lain atau baik dari atasan kepada bawahan dalam suatu manajemen maka  tanpa adanya komunikas bagaimana caranya kita menyampaikan sesuatu dan mengetahui apa yang orang lain atau manejemen kehendaki.  Dan melalui komunikasi  fiungsi-fungsi dalam manajemen baik itu perencanaan, pengorganisasian dan , pengawasan pengerahan itu dapat dicapai. Karena itu Komunikasi sering disebut sebagai Rantai pertukaran informasi atau menurut dari G. Terry management is communicatio yang dia ibaratkan bahwa komunikasi adalah sebagai minyak pelumas dalm suatu manajemen.    

Bagaimana suatu komunikasi itu tejadi?

Dalam suatu kegiatan komunikasi tentunya harus ada sumber komunikasi dan si penerima komunikasi
Berikut ini yang merupakan proses terjadinya suatu Komunikasi yaitu:
  • Sumber (Source)
  • Encoding atau pengubah berita ke dalam suatu bentuk kode atau sandi
  • Pengirim berita atau mediasi ( transmitting the massage )
  • Penerimaan Berita
  • Pengartian atau penterjemahan kembali berita atau pesan tersebut
  • Umpan Balik ( Feed back )

Jadi proses terjadinya komunikasi  dalam manajemen seperti seseorang yang sebagai sumber dari suatu pesan atau perintah contohnya Bapak Abraham Samad hendak menyampaikan sesuatu pada staff atau karyawan nya ex Moredy maka dalam menyampaikan pesan itu ia harus mengubah gagasan atau suatu perintah yang ada dalam pikirannya dalam bentuk sebuah sandi atau code ( Encoding ) lalu ia mengirim  pesan itu baik dengan komunikasi langsung atau dengan perantara sehingga Moredy dapat menerima pesan tesebut lalu menerjemahkan kembali  pesan tersebut sehingga sesuai dengan maksudnya dan terakhir moredy memberikan respon terhadap pesan atau perintah tersbut dengan memberikan umpan balik.

Apa aja sih peran Komunikasi dalam suatu manajemen Organisasi?

  • Sebagai Fungsi Informatif suatu manajemen yang baik adalah dimana manajemen tersebut memiliki system pemrosesan informasi yang baik, efektif dan efisien sehingga seluruh anggota dalam organisasi tersebut memperoleh informasi lebih banyak dan lebih mudah.
  • Sebagai Fungsi Regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.  Yang dalam arti suatu kepastian peraturan dan tujuan organisasi tentang batasan batasa pekerjaan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dan merupakan suatu keabsahan perintah dan tentang sanksi-sanksi.
  • Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.  Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab itu suatu pekerjaan yang dilakukan dengan sukarela oleh seorang karyawn lebih  menghasilkan dan lebih produktif dibandingkan dengan suatu intruksi dan suatu tekanan pekerjaan.
  • Fungsi Integratif Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik terintegrasi pada tujuan dan berintegritas dengan baik.


         Gaya gaya dalam menyalurkan susatu komunikasi 
  • Komunikasi vertical atau komunikasi  ke bawah untuk memberikan pengarahan dari atasan atau manajemen puncak  hingga sampai ke karyawan dan staff-staff yang biasanya merupakan suatu bentuk informasi, nasihat, perintah  dan ini juga adalah suatu cara manajemen tingakat atas dapat mengetahui apa yang terjadi pada tingkat bawah.
  • Komunikasi Horizontal atau suatu komunikasi  yang tejadi antar para karyawan dengan karyawan lainya dalam melakukan suatu pekerjaan, menyampaikan ide atau gagasan dan menyampaikan dalam menyampaikan maksud dan tujuan strategi menajemen dalam suatu manajemen perusahaan.


Kesimpulan
Menurut saya komunikasi adalah hal mutlak dan sungguh sangat penting karena pada dasarnya menurut Aristoteles manusia adalah Zoo on politicon atau manusia yang bersosial/berpolitik untu bersosial dibutuhkan komunikasi sebagai suatu metode untuk menyampaikan pesan atau maksud  dan keinginan hati yang ada pada diri seseorang kepada yang lain  dan di dalam suatu manajemen adalah suatu hal yang sanggat di perlukan komunikasi dan mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik antar atasan dan bawahan dan atar sesame karyawan dalam suatun manajemen. Dan Komunikasi itu pada umumnya bertujuan agar kita dapat mengajak atau memberi informasi kepada orang lain agar orang tersebut dapat mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai suatu tujuan dan sebaliknya .

Sumber
-http://www.academia.edu/6720272/Arti_penting_komunikasi_dalam_organisasi_softskill




































Tambahan Bagi yang perlu informasi lain tentang bentuk bentu komunikasi


Apa saja bentuk-Bentuk Komunikasi ?
Bentuk Komunikasi itu ada 4 yaitu dilihat dari segi sifatnya, arahnya, menurut lawannya, dan keresmiannya…
  1.            Dari segi sifatnya :
  • Komunikasi Lisan komunikasi yang berlangsung lisan / berbicara contoh:saat kita  presentasi di kelas
  • Komunukasi Tertulis komunikasi melalui tulisan Cth: email, bbm ataupun komunikasi lewat media social.
  • Komunikasi Verbal komunikasi yang dibicarakan/diungkapkan cth: sharing, Curhat dan kesaksian
  • Komunikasi Non Verbal komunikasi yang tidak dibicarakan(tersirat) cth:). Mimic, gugup atau nerves.

2. Dari segi arahnya :
  • Komunikasi vertical Ke atas komunikasi dari bawahan ke atasan 
  •  Komunikasi vertical  Ke bawah komunikasi dari atasan ke bawahan
  •  Komunikasi Horizontal komunikasi ke sesama karyawan atau sesame manusia
  • Komunikasi Satu Arah Seperti saat kita menonton berita atau ceramah dan khotbah (tanpa ada timbal balik)
  • Komunikasi Dua Arah Berbicara dengan adanya timbal balik/ saling berkomuni contoh debat dan diskusi.
3. Menurut Lawannya :

  • Komunikasi Satu Lawan Satu merupakan Berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknyacontoh:berbicara melalui telepon.
  • Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok) atau Berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok. Contoh: kelompok satpam menginterogasi maling
  • Kelompok Laawan Kelompok Berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lainContoh: debat partai politik. 

    4. Menurut Keresmiannya :
  • Komunikasi Formal adalah Komunikasi yang berlangsung resmi Contoh: rapat pemegang saham atau direksi.
  • Komunikasi Informal Komunikasi yang tidak resmi Contoh : ngobrol dengan sahabat atau denga orang tua.